Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
J ADI pemenang memang tidak mudah. Pecatur cilik Master Percasi Andrean Susilodinata, pekan lalu, harus rela mengakui keunggulan juara dunia kelompok umur 10 tahun, Master FIDE Son Nguyen Ngoc Truong dari Vietnam. Dalam pertarungan empat partai pekan lalu di Jakarta, Andrean bahkan hanya mampu meraih setengah angka, hasil remis di partai kedua. Padahal, ia sudah berlatih secara khusus di Cipanas dengan pelatih sekaligus sekondan yang tidak sembarangan, Grandmaster Utut Adianto. Namun, Nguyen terbukti memang lebih baik dan berhak membawa pulang US$ 500, sementara Andrean hanya mendapat setengahnya.
Meski kalah telak, Andrean yang pemalu ini tetap saja masih bisa cengar-cengir. Tak ada sepotong kalimat pun keluar dari bocah berusia 11 tahun ini. "Anaknya memang begitu," kata Susilodinata Halim, sang ayah, yang berprofesi dokter.
Sekalipun termasuk pecatur cilik paling berbakat di Tanah Air, Andrean yang berada di peringkat tujuh dunia ini tetap saja seorang bocah, bahkan bisa digolongkan yang aleman. Susilo bercerita, sang anak masih minta dikeloni salah satu orang tuanya agar bisa tidur. Saat bertanding, untuk pergi ke kamar kecil pun Andrean minta ditemani ayahnya.
Menurut pengamat catur Kristianus Liem, pembawaan Andrean yang seperti itu memang sedikit-banyak mendatangkan kesulitan. Misalnya, dalam pertandingan yang memakan waktu enam jam, Andrean lupa makan karena tak ada yang khusus menyediakan. Padahal, tiap satu jam sekali Andrean yang bertubuh subur ini terbiasa makan. Akibatnya, dalam pertandingan, ia lemas dan banyak membuat blunder. Aduh, Andrean, dikurangi sedikit dong kemanjaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo