Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Bagaimana BRIN memburu peneliti Indonesia di luar negeri.
Pembuat vaksin Covid-19 AstraZeneca jadi salah satu incaran.
Tak harus pulang ke Indonesia.
KEPALA Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko terus berburu diaspora peneliti Indonesia. Pengembangan vaksin Covid-19 menjadi momentum baru untuk menarik para periset dan inovator dari luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BRIN tahun ini membuka 325 formasi yang terdiri atas 221 calon pegawai negeri sipil dan sisanya pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja. "Sudah ada 208 pendaftar. Tentu bukan hanya (bidang) vaksin, tapi ada bidang kepakaran lain," kata Laksana, 53 tahun, kepada Tempo, 3 Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BRIN juga menyiapkan skema rekrutmen lain, yakni program pascadoktoral dan visiting professor. Laksana, misalnya, bakal mengundang profesor-profesor emeritus di luar negeri agar mau bekerja sama dengan peneliti Indonesia. Dengan begitu, proses transfer pengetahuan dan teknologi bisa berlangsung. Lembaganya mencari periset dengan kualifikasi pendidikan minimal S-3.
Mantan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ini mencontohkan Carina Citra Dewi Joe sebagai diaspora peneliti yang memenuhi syarat. Ilmuwan pemegang paten vaksin ini bekerja di lembaga riset vaksin Jenner Institute, University of Oxford, Inggris.
Ia berperan mengembangkan metode produksi vaksin Covid-19 buatan Oxford-AstraZeneca dalam skala besar. "Dia sangat well-qualified. Dia di bagian good manufacturing practices, kita tidak punya ahli di situ," ucap Laksana.
Diaspora peneliti, menurut Laksana, tidak harus digaet dengan dipulangkan ke Tanah Air. Cara lain adalah lewat skema kerja sama bisnis antara BRIN dan lembaga tempat peneliti itu bekerja. BRIN membuka bermacam opsi agar diaspora peneliti Indonesia bisa berkontribusi dengan berbagai cara. "Buat apa mereka pulang kalau nantinya cuma menjadi parasit,” ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo