Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEMERAN film Putri Marino sangat menyukai batik Lasem. Pesona wastra pesisir yang kaya akan motif dan warna cerah itu membuat Putri jatuh hati. Selain keindahan visualnya, cerita sejarah batik asal Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, tersebut membuatnya terkagum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Putri bercerita, ia memiliki sekitar 40 koleksi kain batik dari beberapa daerah. Dari semua motif dan warna wastra Nusantara koleksinya, batik Lasem menjadi favoritnya. “Saya suka banget sama motif dan warna batik Lasem,” katanya kepada Tempo, Jumat, 27 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perempuan yang lahir pada 4 Agustus 1993 itu menjelaskan, pesona batik Lasem terletak pada keberanian warna serta teknik pewarnaan alaminya yang rumit. Batik Lasem juga memancarkan kesan elegan yang ditawarkan dalam setiap helai kainnya.
Selain itu, batik Lasem memiliki sejarah panjang yang dipengaruhi perpaduan budaya Jawa dan Cina. Hal-hal itulah yang menjadi magnet tersendiri dari batik Lasem. "Itu yang bikin saya makin jatuh cinta pada batik Lasem,” ujar pemeran dalam film Posesif, Losmen Bu Broto, dan The Architecture of Love ini.
Putri pun kerap datang langsung untuk membeli batik ke Lasem. Di era digital sekarang, pemeran dalam serial Layangan Putus ini juga suka berbelanja batik secara online. Ia sering membeli batik Lasem dari akun yang khusus menjual wastra tersebut.
Bagi Putri, batik adalah simbol identitas budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Melalui kecintaannya pada batik, khususnya batik Lasem, ia juga mengajak generasi muda lebih mengenal dan mencintai warisan budaya bangsa tersebut. “Semoga lima-sepuluh tahun ke depan budaya memakai batik bisa lebih baik,” ucap Putri, yang baru saja merampungkan syuting film Tebusan Dosa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo