INILAH yang disebut diplomasi arum manis. Minggu siang pekan lalu Menlu Mochtar Kusumaatmadja, dengan hanya ber-T-shirt biru tua, mondar-mandir di pasar swalayan Gelael, Bandung. Pertama-tama ia menuju tempat penjualan pipa cangklong. Sebuah pipa menjadi perhatiannya, tapi ternyata tak juga diambilnya. Mungkin begitulah dalam dunia dlplomasi, sasaran pertama bukan sasaran sebenarnya. Menlu lalu melangkah lagi. Di tempat penjualan buah-buahan ia berhenti sejenak. Dengan gaya acuh tak acuh, diambilnya dua mangga arum manis, ditimang-timang sebentar lalu diciumnya. Tiba-tiba ia beranjak ke tempat penimbangan. Jadi, itulah sasaran sebenarnya. Dengan saksama Mochtar memperhatikan angka timbangan. Lalu celetuknya, "Di antara jenis-jenis mangga, yang paling saya sukai mangga arum manis. Memang harum dan manis." Beres dengan mangga, perjalanan pun dilanjutkan. Sekali-sekali ia tersenyum membalas sapaan orang. Di tempat penjualan roti, Menlu mengambil sebungkus biskuit. Sampai di situ "diplomasi" rupanya selesai. Mochtar lalu menuju ke kasir di pintu keluar. Glek-glekglek, mesin hitung menunjukkan angka Rp 2.800,00. "Ha... ha..., jangan dikira menteri luar negeri itu banyak duitnya. Lihat sendiri, saya hanya mampu membeli ini," katanya kepada Agung Firmansyah, wartawan TEMPO yang kebetulan lagi berada di situ pula. Kok belanja sendiri? "Kalau saya bisa melakukannya sendiri, kenapa mesti menyuruh orang lain ? Apakah menteri dilarang berbelanja?" Harap dicatat, ahli hukum internasional ini juga punya hobi masak, selain bermain catur -- ia 'kan ketua umum Persatuan Catur Seluruh Indonesia. Tapi apa arti hubungan mangga, biskuit, bumbu masak, dan catur? Mungkin sama dengan hubungan Vietnam, Fiji, Zimbabwe, dan Irlandia -- bisa ada, bisa tidak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini