SEBUAH peran Raquel Welch yang lain. Dua pekan lalu jaringan televisi Amerika, NBC, menayangkan film Right to Die (Hak untuk Mati). Ternyata, si bintang seksi mampu membawakan pesan film yang diangkat dari cerita nyata ini dengan mengharukan. Inilah cerita perjuangan seorang Emily Bauer, wanita cerdas, independen, aktif sebagai psikolog dan dosen. Ketika mengandung anaknya yang kedua, ia ketahuan mengidap penyakit, disebut ALS, yang tak tersembuhkan. Penyakit ini pelan-pelan menggerogoti sel-sel saraf yang mengontrol kerja otot. Emily bertahan hidup hanya karena ia ingin anak dalam kandungannya lahir dengan selamat. Setelah itu ia harus menyerah, ALS membuatnya lumpuh. Ketika itulah Emily yang diperankan oleh Raquel mengatakan kepada suaminya bahwa ia ingin mati. Lewat mesin ketik yang dapat bekerja dengan sedikit goyangan kepala, Emily kemudian menuliskan surat pernyataan bahwa kematian yang diinginkannya adalah tanggung jawabnya sendiri. Singkat kisah, semua yang berwenang memberi izin setuju. Di hari yang telah ditentukan Emily minta dibawa pulang dulu ke rumah untuk sebuah pertemuan terakhir, dengan keluarga, dengan teman-teman. Kabarnya, film ini mengundang diskusi. Tapi untunglah, berdasar angket, ternyata sebagian besar orang Amerika memahami cara mengakhiri penderitaan pasien yang berkepanjangan itu. Coba, seumpama film dibuat 10 tahun lalu, runyamlah nasib film ini beserta Raquel -- akan dicaci habis, dianggap mendahului kehendak Tuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini