HIDUP ini penuh warna, yang indah," ujar Ike Soepomo. "Dengan
warna saya bisa mengungkapkan sesuatu secara simbolik ataupun
secara sebenarnya." Karena itulah ibu 3 anak ini memberi
juduljudul novelnya: Kabut Sutra Ungu, Kembang Padang Kelabu an
yang terbaru, Mawar Jingga. Yang ini mengenai "alih generasi."
Dua buku pertama--masing-masing sudah dicetak ulang 7 dan 4
kali--telah difilmkan. Sedang yang terakhir kini tengah
ditangani sutradara Hasmanan--yang bersama para pemain dan
awaknya Sabtu pekan lalu berangkat ke Paris untuk pengambilan
adegan. Ike sendiri tak ikut. "Anak-anak saya sedang menghadapi
ulangan umum," kilahnya. "Lagipula kalau saya memang ingin
Jalanjalan, kami akan berangkat sendiri. Supaya santai."
Pengarang yang juga sudah menulis 4 buah skenario itu mengaku,
"sampai saat ini belum ada keinginan main film." Meskipun,
katanya lagi, ada beberapa tawaran. Dan menulis naskah film
"bagi saya bukan petualangan, melainkan pengembangan. Kalau saya
jadi peragawati, nah, itu baru petualangan."
Belum lama ini Ike mengikuti lokakarya tentang "wajah wanita
Indonesia yang akan datang," yang diselenggarakan oleh Persatuan
Istri Veteran RI di Gedung Granadha, Jakarta. Ia mewakili
golongan seniman, bersama antara lain Christine Hakim, Eros
Djarot dan Ami Priyono.
Kesimpulan yang diperolehnya: wanita itu harus menemukan, menata
dan mencerdaskan dirinya. Tapi untuk itu, katanya, diperlukan
wadah yang sesuai. "Kalau tidak, kaum wanita bisa frustrasi."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini