Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Berita RRI

Tanggapan dari beberapa tokoh & masyarakat tentang berita rri yang memberitahukan bahwa sri sultan hamengkubuwono ix meninggal dunia. syarifuddin yang menyiarkan berita tersebut mengakui kesalahannya.(pt)

14 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"ITU sih becanda sadis," ujar Anindito, 23 tahun, tentang berita ngawur mengenai kematian bapaknya, Sri Sultan Hamengku Buowno IX. Mahasiswa ITB itu ditemui TEMPO ketika kebetulan lagi libur di Jakarta -- di sekitar hari ketika RRI menyiarkan berita yang segera dibetulkan itu, akhir pekan lalu. Memang, sudah banyak yang sempat terkecoh -- oleh si penelepon 'iseng' yang mengaku bernama Dr. Sukartono MPCH dari rumah sakit Pertamina itu. Di beberapa tempat bendera setengah tiang sempat berkibar. Dan kartu serta bunga dan ucapan belasungkawa dikirimkan orang pula ke Jalan Mendut -- menurut orang rumah itu. Sultan sendiri, yang segar bugar, mendengar berita tersebut hanya tertawa. "Karena kaget, saya tertawa," katanya kepada TEMPO. "Saya tak tahu siapa yang melakukan dan apa maksudnya." Tapi tak kurang dari 3 orang menteri senewen dibuatnya. Menteri PPLH Emil Salim, dari tempatnya mengajar, Fakultas Ekonomi UI, Salemba, buru-buru datang ke rumah Sultan. Menhankam M. Jusuf pun datang ke RS Pertamina. Yang lebih 'dramatis' yang dialami Menteri Kesehatan Suwardjono Surjaningrat. Pagi ia hendak berapat kerja dengan Komisi VIII DPR. Kabar tentang kecelakaan kendaraan Sultan yang mengakibatkan kematiannya itu di gedung parlemen sudah beredar. Sidang ditunda -- dan mereka mengheningkan cipta. Menteri PAN Sumarlin, yang juga muncul di DPR pun nyaris terkecoh. Untung Sabam Sirait yang akan memimpin rapat kerja Komisi II dengan Menteri PAN, sebelum memasuki ruangan bertemu dengan Dirjen Pers & Grafika Sukarno. "Dari dia saya mendapat kepastian berita itu tidak benar," katanya. Dan ia semakin yakin setelah Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara AE Manihuruk datang. Manihuruk bertetangga dengan Sultan. "Untung Komisi III tidak mengheningkan cipta juga," kata Sulaeman Tjakrawiguna, Wakil Ketua komisi tersebut yang pagi itu pun akan mengadakan raker. Kalau sampai terjadi, "saya kira harus ada pembetulan mengheningkan cipta." Dalam pada itu di Yogya, GBPH Hadisuryo, putera Sultan, kaget juga. Berita itu sampai ke padanya ketika Makowilhan II menelepon keraton. Kontan ia menelepon Jakarta -- dan diterima sang ayah. Tapi, "kami repot juga menjawab pertanyaan warga kota yang tak putus-putusnya datang ke mari," katanya. Untunglah, siangnya RRI Yogya dan beberapa radio swasta menenangkan rakyat Sultan dengan menyiarkan pembetulan berulang-ulang. RRI Jakarta sendiri sudah lebih dulu melakukan pembetulan itu. Penyiar Maryono membacakannya -- atas berita yang disiarkan Sigit Kamseno pukul 8 pagi tersebut -- satu jam kemudian. Bahkan M. Sani, Direktur Radio, seperti dituturkannya kepada TEMPO merasa perlu datang kekanlor Sultan di Jalan Prapatan -- untuk menemani wartawan RRI mewawancarai bekas Wakil Presiden itu. Dirjen Radio-Televisi-Film Drs. Sumadi pun atas nama Menteri Penerangan dan Deppen meminta maaf kepada Sultan dan seluruh keluarganya -- secara tertulis, dan lewat RRI/TVRI. Sementara itu Syarifuddin, petugas senior di Subdit Pemberitaan RRI, yang meloloskan berita itu tanpa sempat mengeceknya lagi -- dan sempat pingsan setelah tahu duduk perkaranya -- mengakui kesalahannya. Ia bersedia mempertanggungjawabkannya dan mau menerima hukuman macam apa pun. Bahkan serentak mengundurkan diri dari jabatan. Mengharukan, memang, walaupun ia jelas salah. Entah siapa yang punya udang di balik batu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus