KEJAYAAN Inggris akhir abad lalu bersumber pada kegemaran
perawan tua negeri itu memelihara kucing. Apa iya? Charles
Darwin, pencetus teori evolusi, pernah menceritakannya ketika
menerangkan konsep daur pangan. Dan dalam suatu tanya jawab
baru-baru ini sekitar "mengganasnya" harimau di Sum-Bar, Ketua
LIPI, Prof. Dr. Ir. Bachtiar Rivai, mengutip Darwin itu.
Menurut cerita itu, kucing yang dipelihara para perawan tua suka
memburu tikus di ladang. Ini bagi lebah lidah panjang suatu
rahmat karena sarangnya suatu makanan enak bagi tikus -- menjadi
aman. Peranan lebah ini penting karena ia menyerbuki bunga
semanggi merah hingga berkembang biak dengan baik. Ternak sapi
yang memang pada doyan makan bunga itu kemudian jadi senang.
Pada gilirannya daging sapi itu jadi makanan utama kelasi
Angkatan Laut Inggris. Dengan kelasi yang sehat dan bersemangat,
armada negeri itu sungguh kuat dan jaya, hingga terungkap pameo
Britan Rules the Waves (Inggris Mengendalikan Samudera).
"Sesungguhnya kelestarian lingkungan terletak di tangan kaum
ibu," tandas Menteri Negara PPLH, Emil Salim. Tentu saja dia
tidak bermaksud dengan cara memelihara kucing.
Menteri PPLH itu pekan lalu menguraikan penderitaan kaum wanita
dalam suatu pertemuan organisasi Dharma wanita. Misalnya,
wanita memikul beban utama jika sumber air semakin kerin dan
tercemar, fasiliitas saniter semakin memburuk dan kayu bakar
semakin langka. Ia pun paling menderita di kala serangan hama
mengagalkan panen dan bencana alam menghancurkan rumah. Sedang
dukanya tidak terhingga di kala penyakit merenggut nyawa sanak
keluarga.
Karena itulah terutama wanita dihimbau supaya mendorong usaha
kebersih.m dan kelestarian lingkungan hidup. Tidak hanya kaum
ibu. Juga "setiap instansi, swasta maupun pemerintah" wajib
menjaga kebersihan lingkungan, tegas Emil Salim beberapa hari
kemudian di Biotrop, Bogor. Dianjurkannya program pembangunan
yang dilengkapi dengan Analisa Dampak Lingkungan (Andal).
Menurut penilaian Menteri PPLH itu, perusak terbesar lingkungan
hidup ialah sektor industri dan sektor pertanian. Secara
berkelakar ia menyebut Departemen Perindustrian" dan "Departemen
Pertanian" sebagai "perusak" dalam diskusi di Biotrop itu,
sementara "Departemen Kesehatan" bersama masyarakat paling
menderita akibatnya.
Keruan saja pernyataan Emil Salim itu mengundang reaksi.
"Pencemaran oleh industri belum begitu parah," tangkis Menteri
Perindustrian, Ir. A.R. Soehoed. Menteri Muda Urusan Pangan, Ir.
A. Affandi turut menyanggah. "Pencemaran akibat penggunaan
pestisida di bidang pertanian relatif kecil." Menurut Affandi,
penggunaan bahan kimia itu diusahakan sekecil mungkin hingga
selama ini belum membahayakan manusia. Keduanya, Soehoed dan
Affandi menyatakan belum ada ukuran tertentu yang menetapkan
batas pencemaran.
Tapi dari Kantor PPLH sendiri memang belum ada kriteria dan
standar umum lingkungan sehat. Materi ini baru dituangkan dalam
suatu RUU yang konon akan diajukan ke DPR tak lama lagi. Kini
juga ditunggu suatu Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang
Pengendalian Perencanaan Air. RPP ahli produk suatu tim
antar-departemen.
Terlalu Tinggi
Meski pencemaran tidak hanya terjadi pada air, "sekarang yang
menjadi prioritas ialah air," jelas Ir. Nabiel Makarim, staf
Menteri Negara PPLH.
Mengapa tidak diambil alih saja standar yang dipakai di luar
negeri? "Standar yang dianggap baik di negeri lain belum tentu
akan baik pula bagi Indonesia," ujar Makarim yang juga Staf Ahli
Pencemaran Lingkungan di PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung
(PT JIEP). Ia memberi contoh nilai DO - (dissolved oxygen) yang
menunjuk kadar oksigen yang terserap suatu badan air. Di negeri
beriklim dingin nilai ini bisa ditetapkan setinggi 7-9 mg per
liter air. "Di daerah tropis seperti Indonesia, nilai ini
terlalu tinggi," kata Makarim. Soalnya ialah makin tinggi
suhu, semakin menuruna daya serap oksigen.
Semua ini tidak berarti bahwa di Indonesia belum ada standar
nilai batas berbagai zat pencemar. Tahun 1975, Menteri
Kesehatan sudah mengeluarkan peraturan tentang syarat dan
pengawasan kualitas air minum. Ini disusul peraturan serupa
(1977) untuk kualitas air kolam renang. Segera kemudian muncul
pula peraturan tentang pengawasan pencemaran badan air untuk
berbagai kegnunaan. Semua peraturan itu secara terperinci
mencantumkan nilai batas bagi sctiap zat pencemar dan kondisi
badan air. Bahkan 3 provinsi -- DKI Jakarta, Ja-Teng dan Ja-Tim
-- juga memiliki berbagai peraturan tentang standar yang
disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing serta
pelaksanaan pengawasanya.
Parah atau belum, tentu sangat reladf. Menteri Soehoed mengakui
ada beberapa kasus pencemaran oleh industri. "Tapi belum
merupakan masalah nasional," ujarnya.
Bagi ratusan warga Dukuh Tapak di Semarang, masalahnya parah.
Puluhan hektar sawah dan tambak ikan mereka rusak dan tidak
terpakai lagi, akibat pencemaran oleh air limbah pabrik bahan
kimia PT Semarang Diamond Chemical (SDC), perusahaan patungan
Jepang dan Indonesia.
Tak Didengar
Tidak hanya di Semarang. Juga puluhan hektar sawah penduduk
Desa Banjaran di Majalengka musnah dicemari air limbah dan gas
pabrik bahan kimia PT United Chemical Industry (UCI Jaya). Dan
ratusan hektar sawah penduduk Desa Aras di Asahan rusak oleh air
limbah pabrik getah karet PT Majin. Air limbah pabrik pengolah
karet PT Uni Royal di Kisaran membunuh puluhan ribu ikan mas
milik penduduk.
Banyak lagi kasus pencemaran oleh industri dan teknologi
pertanian di seluruh pelosok tanah air. Protes mereka yang
langsung menderita tak begitu didengar.
Meskipun ada standar yang bisa dipakai, penerapan teknologi
pengolahan air limbah bukan tanpa problem. Seperti soal ongkos.
Bila industri menanggung beban pengendalian polusi, "ongkos
produksi akan menjadi terlampau mahal yang tidak bisa ditanggung
masyarakat," ujar Menteri Soehoed.
Tapi ongkos itu sekarang ditanggung penduduk yang sawahnya rusak
dan tambak ikannya tidak lagi menghasilkan. Mereka yang
"mensubsidi" industri agar produknya tetap terbeli segolongan
konsumen. Dan dalam hal ini adalah wanita yang paling menderita.
Tapi mungkinkah kaum wanita berperan memelihara lingkungan,
seperti yang diharapkan Emil Salim?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini