BRAVO," pekik Daeng Soetigna, 76, menyambut tepuk tangan gemuruh peserta Konperensi Angklung Nonblok. di Gedung Merdeka, Bandung. Selasa pekan lalu. Bapak tujuh- anak dan kakek 21 cucu yang dijuluki Bapak Angklung Jawa Barat ini menuruni tangga panggung sambil mengusap matanya yang berkaca-kaca. "Rasanya, suasana Konperensi Asia Afrika itu baru saja kemarin," katanya. Konperensi Angklung? Kedatangan delegasi Konperensi Menteri Penerangan Negara-negara Nonblok ke Bandung membuat Daeng bernostalgia. Di Gedung Merdeka itu, dulu, 29 tahun yang lalu, tatkala Konperensi Asia-Afrika, Ia memimpin anak didiknya menyanyikan lagu-lagu, antara lain Sarinande, dengan iringan angklung. Lagu itu pulalah yang berkumandang pekan lalu, dibawakan 30 mojang Priangan. Istimewanya, angklung yang mengiringi kali ini digoyangkan oleh delegasi menteri penerangan nonblok, setelah dikursus kilat sekitar lima menit. "Cita-cita saya terlaksana," kata Daeng Soetigna, asli Sunda, walau pakai nama Daeng yang biasa dipakai Suku Bugis. Apa? "Memasyarakatkan angklung ke seluruh dunia." katanya. Setidaknya 400 angklung dihadiahkan Daeng kepada anggota delegasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini