TAK lama setelah merampungkan rekamannya yang terakhir, "Tragedi", tiba-tiba Farid Hardja, 34, penyanyi "berkaca mata seribu" itu, menampangkan kepala botaknya di iklan surat kabar. Kepalanya, yang memang botak bagian atas depan, sengaja dibotaki pula di bagian belakang, lalu dipasangi kaca mata - kemudian dipotret dari bagian belakang. "Wanted" (dicari), barang siapa yang tahu orang ini, mohon hubungi PO Box . . . " - bunyi iklan itu. Ternyata, menurut Farid, iklan itu hanya untuk menarik perhatian bagi iklan "Tragedi" yang dimuat hari-hari berikutnya. "Biasa, iklan 'kan harus menarik," katanya tertawa. Tapi periyanyi yang mengaku punya koleksi kaca mata "cukup untuk dipajang di satu toko kaca mata" ini, tak lupa mengungkapkan kekesalannya pada dunia musik rekaman. "Di sana mafianya lebih ganas dari mafia sebenarnya," tutur Farid. Salah satu bukti, katanya, soal royalti. "Sampai sekarang saya belum pernah menerima royalti dari sembilan perusahaan yang pernah merekam suara saya seperti dijanjikan," tambahnya. Karena itu, Farid, yang juga mengaku belakangan ini sibuk beternak ikan emas di kampungnya, di Sukabumi, mulai belajar menulis novel, cerita pendek, dan berbagai artikel. Sayang, belum pernah ada yang diterbitkan. "Karena dinilai terlalu berat," katanya. Untuk itulah ia bertekad sekali waktu akan menerbitkan sendiri tulisan-tulisannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini