S UDAH dua tahun ini Bima Sakti, 26 tahun, kesundul durian runtuh. Pada tahun 2000, salah satu gelandang terbaik yang dipunyai negeri ini, selain berhasil mengantar PSM Makassar menjadi juara Liga Indonesia VI, dia terpilih sebagai pemain terbaik.
Eh, tahun lalu keberuntungan memayunginya sekali lagi. Biarpun gagal membawa PSM kembali juara, toh namanya masih laku keras. Klub sepak bola PSPS Pekanbaru Riau menjawilnya dari PSM dengan harga separuh miliar ditambah gaji sebesar Rp 10 juta per bulannya. Angka itu merupakan bayaran paling mahal dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Toh demikian, si Kalem ini mengaku sama sekali tidak tersanjung dengan bayaran setinggi itu. "Tapi, saya bersyukur. Kerja keras saya selama ini membuahkan hasil," katanya.
Kerja keras pemain sepak bola Indonesia memang cuma di tingkat lokal. Menurut Bima, kontrak minimal pemain Indonesia mencapai Rp 100 juta. "Kalau hitung-hitungan, dibandingkan dengan pegawai negeri, apa yang didapat pemain sepak bola kita saat ini jauh lebih tinggi," ungkapnya. Unik memang, biarpun jarang menang, mereka dihargai selangit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini