Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Bint yang di jepang

Komponis lagu-lagu keroncong, gesang martohartono,76, mendapat sambutan hangat ketika tampil di tokyo, jepang. ia didampingi waljinah dan nuning sri prihatiningsih. banyak bekas tentara jepang merasa terhibur oleh lagu bengawan solo.

16 April 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOMPONIS lagu-lagu keroncong, Gesang Martohartono, 76 tahun, Kamis dua pekan lalu disambut bak seorang megastar di Jepang. Sekitar 1.800 penonton yang memadati gedung pertunjukan Shinjuku, Tokyo, mengelu-elukan tampilnya pencipta lagu Bengawan Solo di acara yang disponsori oleh Asosiasi Musik Ras Jepang itu. Karcis pertunjukan yang dijual 2.500 yen (sekitar Rp 50 ribu) sudah habis beberapa hari sebelum pertunjukan. Kendati sebagian besar pengunjung adalah bekas tentara Jepang yang pernah bertugas di Pulau Jawa, kalangan anak muda, seperti dilaporkan wartawan TEMPO Seiichi Okawa, banyak pula terlihat ikut berdesakan menyaksikan grup keroncong dari Indonesia itu. Gesang -- yang membawa grup keroncongnya dari Solo -- memang tidak tampil sendirian. Ia didampingi penyanyi Waljinah dan Nuning Sri Partiningsih. Setiap lagu yang selesai dibawakan Gesang selalu mendapat sambutan pengunjung. Puncaknya adalah saat Gesang tampil membawakan ciptaannya, Bengawan Solo. Puluhan pengunjung -- terutama para bekas tentara Dai Nippon -- yang duduk di bagian depan, selain ikut berdendang, banyak pula yang menangis, terharu. Menurut Mitsuo Hirano, Ketua Nihon Gesang Kikin Kyokai (Perhimpunan Dana Gesang), lagu Bengawan Solo sangat berkesan di kalangan bekas tentara Jepang yang pernah bertugas di Jawa. Saat lagu itu populer, pada 1942, banyak tentara Jepang yang mengalami stres dan cemas akan masa depannya. Sebab tentara Sekutu terus menghajar Jepang. Pada saat seperti itulah, mereka merasa terhibur oleh Gesang, yang dengan grup musiknya sering ditanggap oleh pasukan Jepang. "Irama Bengawan Solo benar- benar mengharukan, dan mampu mengobati rasa rindu terhadap tanah air yang jauh di Jepang," tutur Hirano.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus