KOMPONIS lagu-lagu keroncong, Gesang Martohartono, 76 tahun, Kamis dua pekan lalu disambut bak seorang megastar di Jepang. Sekitar 1.800 penonton yang memadati gedung pertunjukan Shinjuku, Tokyo, mengelu-elukan tampilnya pencipta lagu Bengawan Solo di acara yang disponsori oleh Asosiasi Musik Ras Jepang itu. Karcis pertunjukan yang dijual 2.500 yen (sekitar Rp 50 ribu) sudah habis beberapa hari sebelum pertunjukan. Kendati sebagian besar pengunjung adalah bekas tentara Jepang yang pernah bertugas di Pulau Jawa, kalangan anak muda, seperti dilaporkan wartawan TEMPO Seiichi Okawa, banyak pula terlihat ikut berdesakan menyaksikan grup keroncong dari Indonesia itu. Gesang -- yang membawa grup keroncongnya dari Solo -- memang tidak tampil sendirian. Ia didampingi penyanyi Waljinah dan Nuning Sri Partiningsih. Setiap lagu yang selesai dibawakan Gesang selalu mendapat sambutan pengunjung. Puncaknya adalah saat Gesang tampil membawakan ciptaannya, Bengawan Solo. Puluhan pengunjung -- terutama para bekas tentara Dai Nippon -- yang duduk di bagian depan, selain ikut berdendang, banyak pula yang menangis, terharu. Menurut Mitsuo Hirano, Ketua Nihon Gesang Kikin Kyokai (Perhimpunan Dana Gesang), lagu Bengawan Solo sangat berkesan di kalangan bekas tentara Jepang yang pernah bertugas di Jawa. Saat lagu itu populer, pada 1942, banyak tentara Jepang yang mengalami stres dan cemas akan masa depannya. Sebab tentara Sekutu terus menghajar Jepang. Pada saat seperti itulah, mereka merasa terhibur oleh Gesang, yang dengan grup musiknya sering ditanggap oleh pasukan Jepang. "Irama Bengawan Solo benar- benar mengharukan, dan mampu mengobati rasa rindu terhadap tanah air yang jauh di Jepang," tutur Hirano.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini