Buket bunga anggrek

ADA buket bunga anggrek di kamar kerja Jiwokusumo, pemimpin kerabat Mangkunegaran, Surakarta. Tak jelas siapa pengirim bunga ucapan selamat Hari Raya Idulfitri ini. Secarik kertas di situ hanya bertuliskan: "Kepada Kanjeng Gusti Mangkoenagoro IX". Mangkoenagoro IX? Begitukah sebutan gelar untuk Jiwo, yang dikukuhkan sebagai pengganti ayahandanya, Mangkoenagoro VIII? Jawabnya, ya. Pencantuman angka itu baru saja dilakukan tanpa ada upacara. Ketika Jiwo dinobatkan tahun lalu, angka IX yang sempat dicetak di kartu undangan ditimpa Tipp-ex. "Ini untuk keperluan intern. Untuk kontak pribadi. Kegiatan dengan sahabat dekat dan dengan staf saya. Tak ada niat untuk berbuat macam-macam," kata Jiwo pada Kastoyo Ramelan dari TEMPO. Jiwo malah berdalih, pembubuhan tanda urutan dinasti itu sudah dilakukannya seminggu setelah ia mendapat pengukuhan dari Himpunan Kerabat Mangkoenagoro, Juli tahun lalu. Artinya, bukan lantaran muncul Hamengku Buwono X di Yogyakarta. Tapi Jiwo tak bisa memastikan apakah penambahan atribut itu akan berlaku ke luar untuk upacara formal. "Mangkunegaran ingin maju bersama kemajuan zaman. Kalau zaman menghendaki, tentu ada pikiran baru pula," katanya, bagai diplomat muda. Di hari Lebaran lalu, Mangkoenagoro IX sering terlihat mengenakan baju tradisional Pakistan -- blus putih lengan panjang dengan bordiran. Nah, bajunya itu, kata Jiwo, adalah oleh-oleh dari mantan istrinya, Sukmawati Sukarno Putri, yang baru pulang dari sana. Sukma mengirim baju itu ke Solo dengan alamat R.M. Pandra Sukarnoputro -- anak Sukma dari Jiwo -- tapi di dalamnya ada surat pendek: "Untuk dipakai papimu."