Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

tokoh

Karena Tak Selamanya Bisa Jadi Atlet

Para atlet ini tak meninggalkan pendidikan di sela-sela latihan keras yang menyita waktu mereka. Menyiapkan karier lain setelah tak lagi menjadi atlet.

23 April 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sejumlah atlet berhasil membagi waktu antara pendidikan dan prestasi.

  • Sekolah dan kampus tempat para atlet belajar kerap memberikan dispensasi seperti mengukuti ujian susulan.

  • Menyiapkan karier lain setelah mereka pensiun. 

BAGI Maya Sheva, pendidikan tak kalah penting dengan prestasi di bidang olahraga. Karateka putri itu adalah salah seorang atlet nasional yang menyandang gelar sarjana. Ia menyelesaikan pendidikan S-1 jurusan Jurnalistik Universitas Nasional Jakarta pada 2016.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peraih medali perunggu SEA Games 2019 itu mengatakan pendidikan tetap penting bagi atlet karena mereka tak selamanya dapat berkiprah dalam olahraga, baik sebagai atlet maupun pelatih. Perempuan kelahiran Jakarta, 29 Agustus 1994, itu bersiap menjadi jurnalis setelah tak lagi menjadi atlet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Maya meyakini prestasi olahraga bisa beriringan dengan pendidikan yang ia jalani selama ini. Prestasinya juga bisa memberikan kebanggaan bagi sekolah dan kampus tempat ia belajar. Karena itu, sekolah dan kampus selalu mendukungnya. "Saya punya prinsip, kalau keduanya bisa jalan, kenapa hanya satu (yang jalan)?” tutur Maya kepada Irsyan Hasyim dari Tempo, Rabu, 20 April lalu.

Selama ini sekolah dan kampusnya memberikan dispensasi ketika Maya mengikuti kejuaraan. Ia pun tak ragu menghadap kepala sekolah untuk meminta ujian susulan jika waktunya bentrok dengan jadwal kejuaraan. Hal serupa juga ia lakukan saat kuliah. "Kalau sudah dapat dispensasi, tenang dan bisa fokus bertanding untuk jadi juara,” ujar peraih medali emas karate nomor kumite beregu putri Pekan Olahraga Nasional XX Papua ini.

Terkadang guru dan dosennya mengganti ujian susulan dengan tugas karya tulis. Hal itu biasanya ia dapatkan ketika menjadi juara. Meski mendapat dukungan dari guru dan dosen, ia tidak lantas meninggalkan kelas untuk menjalani latihan. Penggemar aktor laga Iko Uwais ini baru berlatih setelah menyelesaikan pelajarannya.

Maya merasakan manfaat keseimbangan antara pendidikan dan prestasi, karena ia bisa masuk ke sekolah ataupun kampus dengan jalur prestasi. "Bisa dapat beasiswa juga," ujarnya.

Pendidikan juga menjadi hal yang penting bagi atlet ice skating, Savika Refa Zahira. Karena itu, siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas Negeri 28 Jakarta ini berupaya menyeimbangkan prestasi olahraga dan pendidikan.

Peraih medali perunggu SEA Games 2019 ini mendapat dukungan dari sekolahnya untuk terus berprestasi sebagai atlet. Savika memperoleh dispensasi dari sekolahnya saat ia mengikuti kejuaraan ataupun pemusatan latihan nasional. Gurunya juga kerap memberikan tugas untuk memperbaiki nilai ujiannya.

Savika Refa. Instagram.com/savikarefa

Saat ini Savika tidak masuk sekolah lantaran mengikuti pelatnas untuk persiapan berlomba di SEA Games Vietnam pada 12-23 Mei nanti. Savika berkomitmen mengatasi ketertinggalan pelajarannya selepas mengikuti pesta olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara itu. Caranya, dengan mengikuti les privat. “Les privat hanya untuk beberapa mata pelajaran pokok," katanya atlet kelahiran Jakarta, 4 April 2004, itu. Jika tidak sedang bersiap mengikuti perlombaan, ia cukup berlatih dua jam sehari.

Savika berharap bisa melanjutkan kuliah di luar negeri. Ia merasa perlu menempuh pendidikan setinggi-tingginya karena tak selamanya ia bisa menjadi atlet.

Atlet skateboard, Nyimas Bunga Cinta, juga mendapatkan dukungan dari sekolah untuk mengejar prestasi di bidang olahraga dan meneruskan pendidikan. Siswa SMAN 62 Jakarta ini juga kerap mendapatkan dispensasi dari sekolah saat mengikuti perlombaan.

Nyimas Bunga Cinta. Instagram.com/nyimasbungacinta

Saat ia berlaga di Asian Games 2018, misalnya, sekolahnya memberikan kesempatan padanya untuk mengikuti ujian susulan karena jadwal ujian berbarengan dengan pertandingan. Apalagi Pengurus Besar Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia juga mengirimkan surat permohonan dispensasi ke sekolahnya.

Menurut Bunga, seorang atlet harus membekali diri dengan pendidikan minimal S-1. "Dengan keilmuan dan keteguhan, insya Allah jauh dari kesusahan," ucap atlet kelahiran 13 April 2006 ini.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus