BAGI Dubes AS Paul Wolfowitz berbahasa Indonesia itu soal "mudah" dan "sulit". Rabu pekan lalu ia diminta memberikan ceramah di Universitas Muhammadiyah, Jakarta, dan Pak Dubes membacakan makalah dalam bahasa Indonesia. Yakni tentang sejarah pendidikan tinggi di AS, termasuk, pengkajian Islam. Habis membaca makalah, Wolfowitz, 44 tahun, yang baru satu setengah tahun di Jakarta, berpesan dalam bahasa Indonesia, "Kalau ada pertanyaan yang sulit, saya akan menjawab dengan bahasa saya." Seorang mahasiswa bertanya masalah konflik Iran-Irak. "Itu pertanyaan yang sulit," katanya dalam bahasa Indonesia, lalu ia nyerocos dalam bahasa Inggris. Mungkin mengira ini pertanyaan sulit, seorang dosen bertanya dalam bahasa Ingris, tentang pendidikan Islam di AS. Wolfowitz tersenyum sebentar, dan ternyata ini soal mudah. Ia berindonesia, antara lain katanya, "Pendidikan agama di sekolah tingkat pertama dan atas tidak diberikan. Tapi pemerintah menjamin mereka mempelajari suatu agama." Dan ketika tiba acara pembacaan ayat suci Quran, Dubes ikut tepekur. Ia tak berkomentar, apakah bahasa Quran, Arab, termasuk yang "sulit" atau yang "mudah".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini