POPPY Dharsono, 39 tahun, jatuh hati pada buaya. Ia mencarinya jauh ke Irian. "Kalau buaya darat banyak di Jakarta," candanya. Awal cintanya begini. Sejak dua tahun silam, Poppy diajak seorang rekannya untuk menangani peternakan buaya di Irian Jaya, persisnya di pedalaman tapal batas Jayapura dengan Arso. Dukungan penuh diberikan oleh Gubernur Irja, Barnabas Suebu. Lalu, di bawah bendera PT Prakarsa Desain Utama Respati, Poppy sebagai direktur utama mulai bergerak membeli anak-anak buaya yang panjangnya 18 inci dari penduduk setempat. Kolam pemeliharaan dan pabrik penyamakan kulit disiapkan. "Proyek ini tak cuma cari untung, tapi juga membuka lapangan pekerjaan," katanya. Kini ada sekitar 350 ekor buaya yang dipelihara Poppy. Hidup mati buaya itu ternyata sudah ditentukan oleh pemiliknya. Kalau sudah waktunya, buaya itu di-dor. Kulitnya diambil dan disamak, lalu dibikin tas, sepatu, atau sabuk. Hasil kerajinan kulit buaya itu diekspor ke Italia dan Jepang. "Ini untuk meningkatkan kesejahteraan putra Irian," kata Poppy.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini