NOUHA Alhegelan, istri Dubes Arab Saudi di AS, tiba-tiba
menonjol namanya di Washington. Tiga malam berturut-turut ia
berdiri selama 3 jam sambil memegang lilin dan poster antiperang
di Libanon. Ditemani 24 orang istri konsul Arab dan sekitar 80
wanita Arab, ia memimpin demonstrasi membisu di muka Gedung
Putih.
Ini sungguh di luar kebiasaan istri para dubes, apalagi adat
istiadat wanita Arab. "Memang bukan kebudayaan kami," katanya.
Wanita Arab harus menyimpan kesedihan dan segala macam
perasaannya. "Tetapi di sini, kebudayaan sangat berbeda. Kalau
anda tidak menunjukkan kesedihan anda, tak seorang pun bakal
percaya anda sedang merasakannya," kata Nouha yang berdarah
Libanon itu kepada seorang wartawan AP.
"Paling tidak 10.000 orang Palestina dan Libanon terbantai sejak
pendudukan Israel 6 Juni yang lalu," kata Nouha mengutip angka
dari Palang Merah Libanon. "Mereka itu penduduk sipil yang tak
punya urusan apa-apa dengan perang. Malangnya, mereka dibunuh
juga."
Ia mengaku akan sangat gembira jika AS mau menghentikan kiriman
senjata buat Israel yang digunakan untuk penyerbuan itu. "Saya
tidak bermaksud mengubah AS menjadi musuh Israel, tetapi saya
berharap pada suatu hari nanti Israel dapat hidup dengan damai
bersama orang Palestina. "
Tetapi di AS, Dubes Arab Saudi Sheikh Faisal Alhegelan, tidak
keberatan istrinya memimpin demonstrasi dan mengadakan berbagai
wawancara. Nouha telah membentuk Dewan Wanita Arab, bertujuan
mempengaruhi pendapat publik tentang invasi Israel ke Libanon
yang besar-besaran itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini