Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Dikukuhkan menjadi guru besar

Mubyarto, 41, dikukuhkan menjadi guru besar dalam ilmu ekonomi pertanian di universitas gajah mada. pidato pengukuhannya banyak mengkritik sistim perekonomian di indonesia. (pt)

2 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

19 MEI, Balai Senat UGM terasa agak 'kering'. Hampir tak ada karangan bunga. Hari itu Prof. Dr. Mubyarto, 41, akan dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Ilmu Ekonomi Pertanian di universitas tertua di Indonesia itu. Kenapa tak ada karangan bunga? Sebab Mubyarto menolaknya terang-terangan. Di kartu kecil yang disisipkan pada undangan, ia menulis: "Kiranya fakir miskin dan lain-lain tujuan kemanusiaan lebih memerlukannya." Toh ada 2 karangan bunga yang menyelonong. Dari Supardjo Rustam, Gubernur Jateng dan drs Daryono Rahardjo, Dekan Fakultas Ekonomi Undip, Semarang. Upacara dipimpin Prof ir. Soenyoto, Sekretaris Senat -- sebab Rektor UGM, Dr. Sukadji Ranuwihardjo, sakit. Pidato pengukuhannya yang berjudul "Gagasan dan Metode Berpikir Tokoh-tokoh Besar Ekonomi dan Penerapannya bagi Kemajuan Kemanusiaan," disiapkan selama 2 bulan sambil mengikuti penataran P4 -- yang ia keluar sebagai juaranya. "Karena itu, sekarang saya menjadi berani. Sebab sudah Pancasilais,' katanya bergurau ketika disinggung pidato pengukuhannya yang penuh kritik pada sistim perekonomian di Indonesia. 1 Juli mendatang ia akan tugas belajar di Lembaga Penelitian Pangan Stanford University, California, atas biaya sendiri -- berangkat bersama isterinya Hartati dan keempat anak. Selama ini Mubyarto dosen dan Direktur Pendidikan Pasca Sarjana Fak. Ekonomi UGM. Memperoleh MA untuk Ekonomi Pembangunan di Vanderbilt University 1962, doktor untuk Ekonomi Pertanian di Iowa State University 1965 -- dengan desertasi The Elasticity of Marketable Surplus of Rice in Indonesia a Case Study in Java-Madura. " Sebagai ucapan syukur, malam harinya di gedung Purna Budaya Bulaksumur, keluarga Mubyarto menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk (gaya Sala), dengan cerita Baladenya Senapati Dalangnya ir. Sugiyatmo Eko Prabowo, Direktur PT Perintis Yogya Bankiva, yang bergerak di bidang makanan ternak. Jadi Mubyarto ialah orang kedua -- setelah almarhum Prof. Notosusanto SH, ahli hukum Islam itu -- yang menolak karangan bunga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus