Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dan sang guru, Sutardji, terkekeh-kekeh mendengar gerundelan Tommy. Eh, sejenak kemudian, muncul juga Djenar di panggung, yang membalas sigap. ”Memang guru saya itu penuh kejutan. Saya sendiri baru dikasih tahu hari ini bahwa harus menjadi MC,” katanya serius (padahal di buku acara sudah tercantum nama pembawa acara adalah Tommy dan Djenar).
Rupanya, kelakar terus berlanjut. Sang Presiden Penyair naik ke panggung dan menjawab. ”Djenar itu memang murid saya, tapi ini contoh kegagalan seorang guru,” katanya, dengan misai yang melambai-lambai akibat gelombang tawa. Rupanya, inilah umpan yang ditunggu Djenar sebelum melancarkan smes terakhir yang maut. ”Kalau sudah mengaku gagal, apa pantas beliau ditampilkan di sini?” ujarnya dengan senyum kemenangan.
Hubungan guru-murid yang takzim sudah meng alami ”reformasi”. Dan untunglah acara demi acara berlangsung lancar sampai menit terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo