Fasih

MEDEIROS, yang mengajar di bagian bahasa LPPM (Bina Manajemen Jakarta), sehari-hari sering dipanggil dengan Pak Mansur setelah ikut ajakan Subud (Susila Budhi Dharma). Ternyata dia adalah orang penting' untuk commercial correspondence dan free conversation. Walaupun menurut pengakuannya sendiri sebenarnya dia bukan guru. Pengajar asal Amerika yang masih berstatus bujangan ini selalu berpakaian rapi dan hampir selalu mengenakan baju batik berlengan panjang. Rupanya guru surat-menyurat dan bercakap-cakap Inggeris ini menguasai bahasa Indonesia dengan lancar dan betul. Dia selalu keberatan kalau TEMPO menggunkan kata 'bule' untuk orang asing. "Sekali dua kali memang lucu, tapi lama-kelamaan saya merasa tidak enak", katanya. Sebab dalam kata bule terkandung pengertian/arti sakit. Kerbau bule atau albino adalah kerbau yang sakit dan warna kulitnya putih. Di samping bahasa Indonesia, Meleiros fasih juga omong Jawa. Dalam kelas ia lebih senang menterjemahkan andap asor untuk kata humility dari pada 'sopan santun' sebab, "ada ras lain dalam kata itu", katanya. Ada pengalaman kurang enak padanya karena tau ngomong Jawa ini. Di blok M Kebayoran ia sedang jalan sendirian, seorang pemuda tanggung datang dari arah depan, waktu berpapasan si pemuda nyeletuk: "Asu! 'Karena merasa ditujukan padanya ia menyahut: "Sinten, kula pumpa panjenengan ?" (Siapa, saya atau anda'?) Langsung untuk si pemuda merah karena malu.