PENYAIR Amir Hamzah akhirnya sah masuk daftar Pahlawan
Nasional, seperti diumumkan pemerintah 10 Nopember lalu. Piagam
pengakuan itu diterima dari tanga Presiden Suharto oleh puteri
almarhum, Tengku Tahura Alautiah. "Saya lega dan terharu, sebab
sejak pengangkatan itu tahulah saya siapa sebenarnya ayah saya.
Ayah bukan seorang pengkhianat", ujar Tengku Tahura berlinang
air mata. Ketika ayahnya meninggal secara tragis (diancung oleh
mandor Yang Wijaya) dalam revolusi sosial terhadap keluarga kaum
feodal di Kuala Begumit, sang puteri berusia 7 tahun. Tahura
yan, sehari-hari biasa dipanggil Koyong, juga menulis puisi --
meski tak pernah dipublisir. Kedua anaknya, Tengku Razif dan
Amirliah Haryana, sering membawakan sajak-sajak datuknya, dan
sempat menggondol juara deklamasi di Medan.
Bila tempo hari keluarga Tahura tak keliwat digubris (hampir
tiap tahun mereka pindah kontrak rumah dari satu gang ke gang
lainnya) maka sejak mendiang Amir Hamzah diankat sebagai
Pahlawan Nasional, sambutan terhadap Tahura meriah bukan main.
Mereka digiring ke sana ke mayi bagai pengantin baru saja. Malah
tak sulit ketemu pejabat sampai gubernur sekalipun. Tapi apa
setelah kemeriahan begitu, masih wallahualam. Cuma diam-diam
bupati Langkat Iscad Idris awal Desember lalu telah menyerahkan
buu Tabanas berisi masing-masing Rp 50 ribu buat kedua cucu
Amir. "Sekedar bingkisan dari kami dan bisa mereka pakai untuk
keperluan sekolah", kata bupati yang merangkap Ketua Harian
Angkatan 45 itu. Boleh jadi ia tahu bagaimana kehidupan keluarga
Tahura. "Suami saya tak ada kerja tetap", kata Tengku Tahura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini