Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awal kegandrungannya pada hewan ini bermula ketika Fira kuliah di Amerika Serikat. Suatu ketika, seorang lelaki Indian Amerika yang tak dikenalnya tiba-tiba memberinya kalung kura-kura. "Kura-kura itu simbol long life," katanya menirukan ucapan si Indian.
Sewaktu masih tinggal di Singapura dan menulis novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap (2001), Fira ditemani tiga kura-kura bernama Mr. T, Turti, dan Turto. Begitu pindah ke Indonesia, koleksinya bertambah satu, juga dipanggil Mr. T. Sekarang si Mr. T, yang nomor dua ini, mendapat tempat di meja kantornya yang resik di Wisma Kosgoro, Jakarta Pusat. Lo, novelis kok punya kantor? Jelas, dong, wong Fira juga pemimpin redaksi tabloid perempuan SPICE!
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo