Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Imbalan jasa soh heng

Soh heng chye, 46, sopir taksi diberi hadiah oleh hotel mandarin, singapura, $s 200, atas jasanya mengembalikan sejumalh uang & surat berharga penumpangnya, hadiah itu diserahkan untuk badan sosial.

30 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANGGOTA DPR dari Golkar, ir. Rachmat Witoelar minggu lalu masuk koran Singapura dan Jakarta. Seorang sopir taksi, Soh Heng Chye, 46 tahun, demikian Straits Times yang mengutip Reuter, telah menemukan sejumlah uang ($S 101.000) di mobilnya setelah mengantar sepasang suami isteri dari lapangan terbang Paya Lebar ke Hotel Mandarin yang termasuk mahal di Singapura. Karena selain uang ada juga surat-surat berharga, supir yang telah 27 tahun nyupir itu menyerahkan barang-barang penumpangnya ke hotel tersebut. Pihak hotel memberi persen pada supir $S 200. Soh menolak uang tersebut dan berkata: "Kalau uang $S 1O1.OOO tidak saya tahan untuk diri sendiri, apa artinya saya terima $S 200". Soh kemudian menyerahkan uang persen itu pada sebuah badan amal. Cerita supir yang baik hati ini kemudian membuat bingung Erna Witoelar, isteri Rachmat dan insinyur kimia yang dulu aktif di Perhimpunan Mahasiswa Bandung (kini aktif di Lembaga Konsumen). "Uang yang hilang bukan $S 101.000, tapi hanya $S 1.000", ujar Erna. Rachmat sendiri waktu jadi bahan pemberitaan sedang di Surabaya ikut Rapim DPP Golkar. Kepada TEMPO, Erna sekali lagi meyakinkan: "Betul, isinya cuma $S 1.000 kontan, serta dokumen atas nama perusahaan keluarga Witoelar yang tidak ada harganya bagi orang lain". Erna, 29 tahun, setelah hadir dalam seminar gerakan perlindungan konsumen diPenang, saling berjanji akan bertemu dengan Rachmat di Singapura. Yang terakhir juga sedang keliling Asia Timur bersama 4 anggota DPR dari Komisi V. Dalam taksi dari lapangan terbang ke hotel Mandarin, titipan amplop berisi uang dan surat-surat berharga itu rupanya terjatuh tanpa sepengtahuan mereka. Menginap cuma semalam, keduanya kemudian bersama-sama kembali ke Jakarta. "Berabe nih". kata Erna lagi, "untuk mengejar $S 1.000 (170 ribu rupiah) saja, saya harus buang uang Rp 60 ribu untuk terbang pulang pergi Jakarta - Singapura lagi". Sebab, setelah membaca berita di koran, Erna cari kabar bagaimana duduk perkaranya. Ternyata amplop itu (titipan dari abang Rachmat lewat Erna) sudah berada di tangan polisi Singapura. Untuk membereskan hal ini, harus Erna atau Rachmat sendiri yang mengurus. Dan tanpa banyak cerita, menurut Erna, "urusan itu kini sudah beres". Sukur deh Joe Louis berkata tentang Muhammad Ali: "Dunia tinju belum berobah. Tapi besarnya kantong, ya. Masalahnya bagi Ali, di terlalu banyak pelihara orang. Apa sih kerjanya segitu banyak orang? Saya heran, karena di zaman saya, tidak ada begituan. Tapi saya kan sudah pensiun 25 tahun dan zaman berobah. Dan saya tidak mau memikirkan masa lalu, terlalu banyak larangan. Satu hal yang saya akui: Ali ini memang spesial. Dialah yang mengobarkan pertarungan jadi begitu berarti".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus