ANGGOTA DPR dari Golkar, ir. Rachmat Witoelar minggu lalu masuk
koran Singapura dan Jakarta. Seorang sopir taksi, Soh Heng Chye,
46 tahun, demikian Straits Times yang mengutip Reuter, telah
menemukan sejumlah uang ($S 101.000) di mobilnya setelah
mengantar sepasang suami isteri dari lapangan terbang Paya Lebar
ke Hotel Mandarin yang termasuk mahal di Singapura. Karena
selain uang ada juga surat-surat berharga, supir yang telah 27
tahun nyupir itu menyerahkan barang-barang penumpangnya ke hotel
tersebut. Pihak hotel memberi persen pada supir $S 200. Soh
menolak uang tersebut dan berkata: "Kalau uang $S 1O1.OOO tidak
saya tahan untuk diri sendiri, apa artinya saya terima $S 200".
Soh kemudian menyerahkan uang persen itu pada sebuah badan amal.
Cerita supir yang baik hati ini kemudian membuat bingung Erna
Witoelar, isteri Rachmat dan insinyur kimia yang dulu aktif di
Perhimpunan Mahasiswa Bandung (kini aktif di Lembaga Konsumen).
"Uang yang hilang bukan $S 101.000, tapi hanya $S 1.000", ujar
Erna. Rachmat sendiri waktu jadi bahan pemberitaan sedang di
Surabaya ikut Rapim DPP Golkar. Kepada TEMPO, Erna sekali lagi
meyakinkan: "Betul, isinya cuma $S 1.000 kontan, serta dokumen
atas nama perusahaan keluarga Witoelar yang tidak ada harganya
bagi orang lain". Erna, 29 tahun, setelah hadir dalam seminar
gerakan perlindungan konsumen diPenang, saling berjanji akan
bertemu dengan Rachmat di Singapura. Yang terakhir juga sedang
keliling Asia Timur bersama 4 anggota DPR dari Komisi V. Dalam
taksi dari lapangan terbang ke hotel Mandarin, titipan amplop
berisi uang dan surat-surat berharga itu rupanya terjatuh tanpa
sepengtahuan mereka. Menginap cuma semalam, keduanya kemudian
bersama-sama kembali ke Jakarta.
"Berabe nih". kata Erna lagi, "untuk mengejar $S 1.000 (170
ribu rupiah) saja, saya harus buang uang Rp 60 ribu untuk
terbang pulang pergi Jakarta - Singapura lagi". Sebab, setelah
membaca berita di koran, Erna cari kabar bagaimana duduk
perkaranya. Ternyata amplop itu (titipan dari abang Rachmat
lewat Erna) sudah berada di tangan polisi Singapura. Untuk
membereskan hal ini, harus Erna atau Rachmat sendiri yang
mengurus. Dan tanpa banyak cerita, menurut Erna, "urusan itu
kini sudah beres". Sukur deh
Joe Louis berkata tentang Muhammad Ali: "Dunia tinju belum
berobah. Tapi besarnya kantong, ya. Masalahnya bagi Ali, di
terlalu banyak pelihara orang. Apa sih kerjanya segitu banyak
orang? Saya heran, karena di zaman saya, tidak ada begituan.
Tapi saya kan sudah pensiun 25 tahun dan zaman berobah. Dan saya
tidak mau memikirkan masa lalu, terlalu banyak larangan. Satu
hal yang saya akui: Ali ini memang spesial. Dialah yang
mengobarkan pertarungan jadi begitu berarti".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini