Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Direktur Utama PT Sarinah, Fetty Kwartati, jatuh cinta dengan wastra tradisional Nusantara, terutama batik.
Fetty Kwartati mengoleksi kain tradisional, dari batik, tenun, hingga songket.
Koleksi batik yang paling berkesan bagi Fetty Kwartati adalah batik peninggalan neneknya.
DIREKTUR Utama PT Sarinah, Fetty Kwartati, jatuh cinta pada wastra tradisional Nusantara, khususnya kain batik. Tak hanya mengenakannya dalam keseharian, Fetty mengoleksi batik dan kain tradisional Nusantara lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jumlah koleksi kain sudah banyak. Saya tak sempat menghitungnya. Dari batik, tenun, ulos, hingga songket,” kata Fetty ketika ditemui Tempo di Jakarta, Rabu, 26 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fetty menjelaskan, hobinya itu terinspirasi dari peninggalan kain neneknya, terutama batik Pekalongan, yang begitu melekat pada dirinya. “Saat itu saya berpikir kain-kain ini kan bagus, jadi mengapa tidak dikumpulkan,” ujar perempuan yang sudah sekitar 20 tahun menjadi kolektor kain ini.
Fetty menuturkan, ia mengoleksi kain batik bukan hanya soal jumlah, tapi juga tertarik karena proses pembuatannya dan makna yang terkandung dalam setiap helai kain. Fetty juga tertarik karena keindahan warna dan motifnya.
Fetty mengungkapkan, ia tertarik proses pembuatan batik yang memakan waktu lama dan dikerjakan dengan telaten. “Rangkaiannya panjang, dari menggambar, meneteskan malam, mewarnai kedua sisi, hingga mengeringkannya,” tuturnya.
“Bagian sulit lain adalah menyatukan proses awal sampai akhir hingga menjadi satu hasil utuh yang selaras dan presisi,” ucap alumnus California State University, Amerika Serikat, ini.
Dari semua koleksinya, kata Fetty, yang paling berkesan bagi dia adalah kain batik Pekalongan bercorak merak peninggalan neneknya. “Itu koleksi batik tertua yang telah dimiliki tiga generasi. Hingga kini saya terus merawatnya bersama koleksi kain lain,” ujarnya.
Fetty menerangkan, ia meluangkan waktu khusus untuk merawat koleksinya. “Untuk menjaga agar warna dan motifnya tidak memudar, suhu ruangan jangan terlalu lembap dan panas, dicuci secara berkala sesuai dengan kondisi kain. Lalu, kalau usia kain sudah tua, tidak dilipat,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo