Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETAHUN belakangan, aktris dan penyanyi Febby Rastanty serius menekuni olahraga lari. Perempuan yang lahir pada 1 Februari 1996 ini memilih lari karena ia merasa cocok dengan olahraga tersebut. Kegiatan ini juga lebih fleksibel dilakukan kapan pun.
“Lari bisa dilakukan sendiri kapan pun dan di mana pun saat kondisi aku sedang memungkinkan. Bahkan saat aku sedang syuting di luar kota dan luar negeri masih tetap bisa lari,” kata pemeran dalam film Balada Si Roy dan Bumi Itu Bulat ini kepada Tempo, 2 April 2024.
Bukan hanya karena fleksibel, olahraga lari dipilih Febby karena bisa pula menjadi sarana refleksi diri. “Saat lari, aku juga kerap berbicara sama diri sendiri. Semacam refleksi diri sudah melakukan apa saja aku selama ini. Lari menjadi me time,” ujar anggota grup vokal Blink tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Febby menjelaskan, sejak menekuni olahraga lari, ia mendapat banyak manfaat. Selain menambah kebugaran tubuhnya, olahraga lari bisa meredakan stres dan membuatnya lebih bahagia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Apalagi kalau larinya di pagi hari, terasa efeknya ke tubuh. Setelah olahraga lari di pagi hari, aku merasa jadi lebih happy,” tutur pemeran dalam serial televisi Catatan Harianku itu.
Selain menekuni olahraga lari, belakangan Febby sibuk mengembangkan sejumlah bisnisnya, antara lain clothing line dan compound space, sejenis melting pot sebagai ruang kreatif yang diisi beberapa toko atau tenant yang bergabung di satu area.
Dalam mengembangkan bisnisnya, Febby merasakan pentingnya penggunaan aset digital untuk memasarkan produk-produknya. “Jadi kita juga harus follow orang-orang yang bergiat di bidang entrepreneurship. Sebab, bagaimanapun, sekarang era digital,” kata alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Lari sebagai Refleksi Diri"