Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KETUA Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Muhammad Baiquni, menjadikan melukis sebagai salah satu kegiatan refleksinya. Bagi guru besar UGM yang gemar naik gunung ini, melukis menjadi jalan spiritual.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pria 61 tahun itu rutin melukis setiap kali menjelang hari-hari besar, seperti Hari Kemerdekaan dan Lebaran. “Pada Idul Adha lalu saya melukis lingkaran, di tengahnya ada Ka'bah. Saya goreskan dan membayangkan saya sedang bertawaf,” kata Baiquni kepada Ihsan Reliubun dari Tempo di Jakarta, Jumat, 11 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baiquni menuturkan, kegiatan melukis merupakan penyeimbang kesibukannya di kampus. Sebagai dosen, Baiquni punya kewajiban yang harus ia kerjakan dengan jadwal ketat. “Tapi, dengan kegiatan seni, saya merasa mendapatkan ruang ekspresi yang makin luas,” ujar guru besar Fakultas Geografi UGM ini.
Selain itu, Baiquni menjelaskan, seni memberikan ruang kepada seseorang memiliki suatu keindahan yang dapat diapresiasi. Hal itu menjadikan seseorang mampu melihat sesuatu dengan cita rasa.
“Cita rasa itu membuat seseorang menemukan ruang horizon lebih luas. Kita diringankan oleh cara pandang bahwa seni bisa mendatangkan satu energi,” tutur pria yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 27 Maret 1963, itu.
Bagi Baiquni, kegiatan melukis juga sangat mengasyikkan. Kendati membutuhkan energi yang cukup besar, proses bermain-main dengan kanvas bisa menjadi sarana healing.
Baiquni menjelaskan, seni bisa memberikan sesuatu yang bukan berupa materi, melainkan kebahagiaan. “Dan puncak kebahagiaan adalah ketika kita merasa tidak memiliki apa-apa dan menjadi orang yang ikhlas. Kalau kita sudah mencapai perspektif itu, hidup jadi ringan. Itulah spiritual happiness,” ucapnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo