SUHARDIMAN, 66 tahun, duduk bersila di sebuah tikar. Tiba-tiba dua pemuda mencoba menyerangnya. Hanya dengan mendorong kedua telapak tangannya, kedua penyerangnya mental sejauh dua meter. Inilah demonstrasi keampuhan tenaga dalam para pesilat Jurus Seni Penyadar (JSP), yang ditayangkan TVRI Selasa pekan lalu. Dan kalau ada Suhardiman, anggota DPA, dalam demonstrasi itu, tak lain karena kakek sembilan cucu itu duduk sebagai pelindung perguruan bela diri JSP. "Ada tiga aspek kesadaran pada diri manusia, yaitu kesadaran alam, ilahi, dan diri. Karenanya, perguruan itu dinamakan Jurus Seni Penyadar," kata Suhardiman. Minatnya pada ilmu bela diri bukan baru. "Sejak kecil, saya sudah gemar berlatih silat Minangkabau, judo, jiujitsu, dan taichi," katanya. Kini, di tengah kesibukannya sebagai Ketua Umum Podtrindo (Persatuan Olah Diri Tradisional Indonesia), pengurus SOKSI dan Perbanas, Suhardiman masih menyisakan waktu bermeditasi selama dua jam. Apa pernah terpaksa mengeluarkan jurus JSP tadi? "Saya ini sudah tua, masak mau berkelahi fisik," katanya. "Lagi pula, saya lebih mengutamakan falsafah Jawa: menang tanpa tanding," katanya lagi sembari tertawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini