UPACARA ngunduh mantu berlangsung di Istana Seri Menanti, Kesultanan Negeri Sembilan, Malaysia, Sabtu dua pekan lalu. Ini kelanjutan upacara perkawinan agung versi Solo, antara Gusti Raden Ajeng Astrini dan Tunku Ahu Bakar. Sang pengantin tampil dengan pakaian adat kerajaan Melayu berwarna merah. Pengantin pria bersarung, dengan tutup kepala dari bahan sutera, sementara mempelai wanita berkebaya songket. Kedua mempelai memasuki istana dengan iringan bunyi rebana dan lagu-lagu pujian yang dibawakan serombongan lelaki. Yang menarik, acara tersebut diakhiri dengan melantai. Sekitar 2.000 undangan pindah ke gedung lain di dalam kompleks istana yang sudah disulap jadi ruang diskotek. Ada iringan orkes, yang membawakan lagu Melayu sampai lagu rock, lengkap dengan lampu warna-warni. Kedua mempelai mendapat kehormatan pertama turun melantai. Abu pun mendekap Astrini dengan mesranya. "Saya bahagia sekali," ujar Abu lirih pada wartawan TEMPO Kastoyo Ramelan, yang juga ikut melantai -- Kastoyo tak melaporkan siapa pasangannya. "Adat pengantin Jawa, tak ada acara melantai. Yang penting, aku bisa," kata Astrini, yang pernah sekolah di Amerika Serikat. Makin malam, musik pun makin panas. Para sultan Malaysia dan kerabat Mangkunegaran asyik"berdisko". Seorang kerabat Negeri Sembilan berkata pada TEMPO, dalam sejarah Malaysia tertulis, perkawinan anak raja Malaka dan anak raja Jawa terjadi 400 tahun yang lalu. Entah seperti apa pestanya. "Saya juga ingin mengambil istri dari Jawa,'. ujar Tengku Ismail, seorang kerabat Kesultanan yang masih perjaka. Sementara itu, waktu terus bergulir, dan pada pukul 2 dini hari acara semarak itu baru usai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini