SUATU malam seorang gadis tak bisa memejamkan mata. "Alunan lagu terus membersit di pikiran saya. Dan tanpa terasa saya menekan-nekan tuts piano. Liriknya pun mengalir terus tanpa henti, hingga tak terasa hari sudah pagi," kata si gadis itu. Siapa dia? Ria Prawiro, putri bungsu Menteri Keuangan Radius Prawiro. Dibantu Dodo Zakaria untuk aransemennya, jadilah sebuah lagu, Gusti, Judulnya. Bersama 300 lagu lainnya, antara lain kiriman Anton Issudibyo dan Elfa Secoria, Gusti dilayangkan ke Panitia Festival Lagu Pop Nasional. Lolos masuk 12 finalis. "Karena saya fans Euis Darliah, nadanya saya pilih semirock supaya cocok dinyanyikan Euis," katanya. Rabu pekan ini, 12 finalis ini diadu di TIM untuk menentukan sebuah lagu yang akan dikirim ke Tokyo. Ria mengaku bukan ahli mencipta lagu, meski bangga bisa bersaing dengan komposer yang lebih senior. "Tergantung mood saja," kata Ria, yang pernah belajar vokal tiga tahun pada Pranajaya. Tidak jelas mood apa yang membuatnya tak bisa tidur, hingga lahir Gusti. Liriknya mengisahkan percintaan sejoli yang gagal karena lingkungan dan agama. "Adilkah hukum alam yang berlaku?" begitu tanya Ria di salah satu baris lirik lagunya. Mahasiswa Jurusan Ekonomi Perusahaan Universitas Trisakti ini, sebelumnya, sudah pernah membuat lirik lagu. Misalnya Kawan, yang dilagukan Vina Panduwinata, dan Gadis Gincu, yang dinyanyikan Harvey Malaiholo. Nama terakhir ini, menurut Ria, "dia hanyalah seorang teman."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini