PELUKIS Affandi tak menolak TVRI. Pada usia 76,5 dan namanya sudah kukuh terpateri pada sejarah seni rupa Indonesia, ia datang juga memenuhi undangan TVRI Stasiun Yogyakarta. Seperti biasa bila ia menghadiri upacara resmi, empu ini mengenakan batik lengan panjang dan sarung merah menyala. Tapi kesehatannya tetap rapuh. Ia turun dari mobil, langsung dipapah sopirnya. Hari itu, Ahad malam pekan lalu, masih dalam kaitan perayaan HUT TVRI. Affandi diundang untuk diambil gambarnya bersama para seniman dan budayawan Yogya yang lain. "Walau hanya dua menit, kehadiran Pak Affandi penting," kata Ishadi, Kepala Stasiun TVRI Yogya. Ishadi memang punya rencana untuk membuka acara "Profil Budayawan", yang akan disiarkan sekali sebulan. Eh, ternyata, acara berkembang. Affandi tiba-tiba ingin melukis. Karena ia melihat ada kanvas dan beberapa tube cat lukisan. Berbisik sebentar kepada Ishadi, pelukis ini langsung menanggalkan sarungnya. Kemeja batiknya itu juga dicopot. Tinggal celana kolor dan kaus oblong. Kesehatannya tiba-tiba jadi bagus. Ia menuju kanvas. Diambilnya satu tube cat. Tangan kirinya meraih cermin dan menatap wajahnya dalam bayangan. Nah, Affandi membuat lukisan potret diri, hanya dalam tempo 11 menit, bagai orang kesurupan. "He . . he . . saya senang, saya senang," ujar Affandi sambil memakai sarung kembali, dan terus pulang. Padahal, acara belum selesai. Menurut Affandi kemudian, lukisan itu dijadikan tanda mata untuk TVRI. Ia tak menerima apa-apa, honor misalnya. "Pokoknya, tanda mata, he . . . he .... Yang tak jelas, karena tak ada yang menjelaskan, apakah cat dan kanvas memang sengaja dipasang buat pancingan, atau memang benar-benar hal yang kebetulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini