SEKALIPUN sudah dua tahun menggantungkan sarung tinju, Syamsul Anwar, 33, masih bisa memukul KO lawannya. Cuma, bekas petinju nasional kelas welter ini tidak bertanding di ring, melainkan di pinggir kolam Taman Ria Remaja, Senayan, Jakarta. Tidak ada wasit, tidak ada penonton, Syamsul menghadapi dua lawan. "Daripada saya dikeroyok, saya pun memukul," katanya. Kejadian Senin malam pekan lalu itu gara-gara lapak tempat memancing. Syamsul, yang sejak kecil gemar memancing, dua hari sebelumnya sudah memesan lapak nomor 43 di kolam pemancingan itu. Ketika saatnya tiba, lapak pemancingan itu ditempati pemancing liar. Syamsul menegor kedua orang itu, dan memintanya pergi. Karena memang tak pesan tempat, keduanya pindah ke lapak sebelahnya. Suatu ketika kedua pemancing tetangga" Syamsul itu kehabisan umpan. "Minta saja umpan dari semua orang tolol itu," teriak salah seorang di antaranya. Syamsul tersinggung, tapi tetap tak meladeni. Baru ketika ada batu dilemparkan, dan air muncrat mengenai tubuh Syamsul, bekas petinju ini naik pitam. Dan perkelahian pun terjadi. Menurut Syamsul, kedua orang itu mengeroyoknya sampai ia jatuh. "Saya berusaha berdiri, tetapi terjatuh lagi akibat pukulan mereka," kata Syamsul. "Karena saya bukan seorang nabi, ya, kesabaran pun habis." Syamsul membalas, lawannya dipukul, dan KO. Yang seorang lagi lari. "Yang jatuh itu bernama Iwan. Setelah tahu bahwa saya bekas petinju, Iwan langsung minta maaf. Dan saya kembali memancing." Ternyata, pertengkaran malam itu baru ronde pertama. Ronde kedua terjadi esok harinya. Iwan melaporkan ke polisi bahwa ia dianiaya Syamsul. Bekas petinju nasional itu, yang tak menduga perkelahian bakal berbuntut, membuka ronde ketiga dengan balik mengadu ke polisi. Ia, dalam pernyataan sepanjang enam halaman, menyatakan diri dikeroyok. Sampai pekan silam, polisi belum memutuskan siapa yang keluar sebagai pemenang dari ketiga ronde itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini