BEKAS Ketua Umum Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan
Indonesia) Siauw Giok Tjhan, meninggal tak lama sesudah
memoarnya, Lima Jaman, terbit. Hari-hari akhir hidupnya
dihabiskan di Negeri Belanda sambil berobat. Tapi 20 November
itu, dalam usia 67 tahun, dia harus berpisah dengan istri dan
ketujuh anaknya.
Sebelum memimpin Baperki (berdiri 1954), rmendiang adalah
aktivis Partai Tionghoa Indonesia. Jadi wartawan harian Mata
Itari (1934) sampai Jepang masuk. Sesudah kemerdekaan ia masuk
Komite Nasional [ndonesia Pusat (KNIP). Dan dalam Kabinet Amir
Syarifuddin I-II (1947-1948) jadi menteri negara urusan Cina
Peranakan.
Tapi pandangannya tentang masalah yang diurusinya itu, temyata
kemudiah bertentangan dengan tokoh-tokoh lain seperti Khoe Woen
Soe, Ko Kwat Sioe dan P.K. Ojong. Dan Baperki digiringnya makin
ke kiri.
Bisa dimaklumi. Sebab dulu pun, ketika meletus Peristiwa Madiun,
ia dipen,arakan. Dan selepas dari sana, sekitar tahun 50-an, ia
memimpin Harian Rakyat -- koran yang lantas jadi corong PKI itu.
Sampai akhirnya, sesudah Peristiwa G-30-S, ia masuk penjara lagi
(1965-1975). Kemudian dikenai tahanan rumah sampai 1978. Ketika
itulah ia menuliskan memoarnya dan menyempurnakan di Belanda,
sembari berobat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini