Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

November Ganjil Di Karawang

Di kabupaten Karawang, puluhan ribu hektar sawah tak tergarap. Air tak mencukupi mengairi persawahan dan tenaga kerja petani semakin langka.

5 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPARAN sawah itu retak-retak, ditumbuhi rumput liar. Di sana sini pematang dan saluran air dibiarkan rusak. Sampai akhir November lalu, pemandangan begitu agak ganjil di Kabupaten Karawang. Sebab memasuki Desember biasanya petani-petani wanita sudah siap menanam benih. Musim tanam di Karawang kali ini memang agak terlambat. Dari sawah seluas 100 ribu hektar lebih, diperkirakan hanya 45,5 ribu hektar yang bisa dita nami bila sampai pertengahan Desember mendatang tak ada penanganan serius. Areal sawah yang selebihnya dikhawatirkan tak tergatap dan menjadi tanah bera. Keterlambatan waktu tanam bukan tanpa sebab. Sejak awal November hujan memang mulai turun di kawasan lumbung padi Jawa Barat itu. Bahkan air dari jaringan utama "sudah dialirkan sampai saluran tersier dan sekunder, sejak 1 September lalu," tutur Kardono, Kepala Pengairan Wilayah Tengah Proyek Otorita Jatiluhur (POJ). Tapi akibat kemarau panjang, air yang mengalir ke sawah selama dua minggu, hampir tak berbekas. Air itu mengalir ke bongkahan-bongkahan tanah dan hanya sedikit yang sempat membasahi permukaan. Air tak sampai menggenangi sawah. Tambahan lagi menurut Kardono, seretnya air masuk ke sawah karena banyak saluran tersier yang rusak. Praktis, hanya sawah yang lekat dengan saluran yang cukup air dan bisa digarap segera. Saluran tersier yang rusak memang tak diperbaiki oleh POJ . Karena biasanya 'hal itu menjadi tanggung jawab petani." Untuk menggenjot kekurangan air, pihak POJ kini mengambil air lebih banyak dari waduk Jatiluhur. Yang Tetap Betah Lebih dari semua itu, masalah sebenarnya tak hanya soal air. Langkanya tenaga kerja punya andil, hingga sawah-sawah di Karawang tak tergarap. Jumlah ternak pun, yang biasa membantu menggarap sawah, dikabarkan kian berkurang. Hasil survei Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran, Bandung, bekerjasama dengan POJ tahun 1979, menyebut jumlah buruh tani di Kabupaten Karawang 70.000 orang. Tapi laporan para camat kepada bupati, menyebut angka separuhnya 35.000 Amir Oetman, Kepala Dinas Pertanim Karawang berpendapat, tenaga pria di sana banyak tersedot ke Bekasi dan Jakarta. Mereka menjadi buruh bangunan atau bekerja di bidang industri (pabrik). Bahkan menurut Humas Pemda Karawang, Gozali, "ada sementara kepala desa yang mengorganisasikan warganya untuk bekerja di kota." Ia menyebut Kepala Desa Palawad, yang memberkati warganya bekerja di proyek pelabuhan udara Cengkareng. Bekerja di kota memang menarik, dibanding jadi buruh tani yang berpenghasilan antara Rp 500-Rp 700/hari, plus sekali makan. Bekerja di proyek, paling tidak bisa mendapat Rp 2.000/hari. Atau kalau di pabrik, sekitar Rp 15.000/minggu. Tapi memang ada buruh tani yang tetap betah di kampungnya. Owang, 30 tahun, misalnya, penduduk Desa Ciparage, Kecamatan Cilamaya, Karawang. Selain memburuh di sawah, "terkadang ada yang menyuruh memperbaiki rumah atau bikin pagar," katanya polos. Di desanya, ia kini seperti tak ada saingan. Menghadapi kurangnya tenaga kerja, Bupati Opon Supanji tak kelewat risau. Itu bisa diatasi segera dengan mendatangkan traktor (lihat box). Apalagi, katanya, sawah yang belum tergarap tak seluas seperti yang diramaikan orang. "Tak sampai 30 ribu hektar," katanya. Yang ia risaukan justru menghadapi musim panen, Maret tahun depan. Ini tak bisa diatasi dengan traktor. Tapi bila seluruh anggota Korpri di Karawang terjun ke sawah, semuanya akan beres. "Saya sedang berpikir-pikir untuk mengeluarkan instruksi itu," kata Opon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus