Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Meninggal dunia

Soemarso soemarsono bekas pemred harian abadi. pada akhir hayatnya masih berstatus tahanan luar. dituduh terlibat gerakan menjelang sidang mpr '78. (pt)

28 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEKAS pemimpin redaksi Harian Abadi yang terkenal itu, berpulang ke rahmatullah Soemarso Soemarsono. Senin, 20 Maret pukul 6.45, di Rumah Sakit Istana Jakarta. Ia menderita penyakit wazir (dengan komplikasi) yang diidapnya sejak muda. Menurut KH Saleh Iskandar, tokoh Pesantren Darul Falah, Bogor, penyakit itu kambuh kembali terutama setelah mengalami pemeriksaan dalam tahanan di Gang Buntu Cidodol, Jakarta, 1978. Saleh Iskandar adalah salah seorang temannya setahanan, dan mereka -- bersama beberapa yang lain -- dituduh terlibat dalam "gerakan 20 Maret" menjelang sidang MPR 1978. Pada akhir hayatnya Soemarso sendiri berstatus tahanan luar. Toh itu bukan penahanannya yang pertama. Setelah korannya dihentikan penerbitannya di zaman Soekarno, 1961, Desember 1963 ia diambil dan dijebloskan ke penjara Kalisosok, Surabaya -- sampai ia dibebaskan di Jakarta di awal Orde Baru 1966. Bahkan pada 1948 ia juga ditahan -- oleh PKI yang memberontak di Madiun --bersama ayahnya, seorang anggota polisi, yang kemudian dibunuh. Itu ada disebut dalam bukunya, Pengalaman Dari Tiga Penjara, 1971. Lahir di Magetan, 19 Agustus 1928, ia mencapai pendidikan sampai klas terakhir SGA di Sala -- sambil aktif dalam barisan TP, Tentara Pelajar dan di masa Aksi Militer Belanda II turut bergerilya di sekitar Magetan dan Madiun. Pegawai Kantor Penerangan Agama Provinsi Jawa Timur ini (sampai 1958) menjadi wartawan Pewarta Surabaya sampai 1952, terpilih sebagai ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Ja-Tim sekaligus Sekretaris Masjumi wilayah yang sama 1953, pemimpin redaksi harian Haluan Rakyat Surabaya 1955, ketua II Pucuk Pimpinan GPII (ketua umumnya E.Z. Muttaqien) 1959 -- sampai GPII dibubarkan Soekarno 1963. Bertubuh agak kecil, sangat baik hati dan lembut, Soemarso dikenal sebagai rang yang zuhud, tidak cinta dunia. Ia muncul di Harian Abadi 1959-1961 sebagai wakil penlimpin redaksi. Dan setelah Abadi diizinkan terbit kembali pada 1968 ia jadi pemimpin redaksinya sampai koran itu dicabut SIT-nya setelah peristiwa Januari 1974. Namun ia juga penyair -- bahkan mungkin pada dasarnya ia sastrawan. Sajaknya dimuat misalnya di majalah Mimbar Inonesia, kadang dengan nama samaran 'Osram' (konversi dari 'Marso'). Soemarso meninggalkan seorang istri, Ny. Soelijah, tiga anak laki-laki pertama yang kuliah di Fak. Teknik UI, kedua di Fak. Ekonomi UI merangkap Fak. Teknik Universitas Muhammadiyah, ketiga di Seni Rupa ITB dan seorang anak gadis yang masih di SMP. Namun ia tak meninggalkan harta bahkan sampai akhir hayatnya ia tak pernah punya rumah sendiri. Jenasahnya dimakamkan Jumat itu juga di pekuburan Menteng Pulo, Jakarta, diiringkan antara lain oleh KH. E.Z. Muttaqien, Moh. Natsir, Sjafruddin Prawiranegara. Burhanuddin Harapan, Deliar Noer, Dr. Anwar Haryono, H. Rosihan Anwar, Mara Karma, H.S.M. Syaaf, Abdul Rahman Saleh SH dari LBH dan Bahrun Martosukarto SH dari LKH. Chudori, dari Pengurus Pusat PWI, dalam sambutan di pemakaman menyebut kelebihan Soemarso yang antara lain tetap menolak menyebut sumber dari data dan angka yang ditulisnya di korannya -- "sampal-sampai ia memikul akibat berpegang teguh pada kode etik yang kami semua merasa sebagai dipikul oleh dia sendiri." Moh. Roem, pada kesempatan itu juga menuturkan keyakinan penulis yang pernah diucapkan kepadanya. "Seorang wartawan itu," Roem berkisah, "kalau mulai menulis, haruslah yakin bahwa ia bersih dari rasa dendam."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus