BUKAN hal yang mengherankan, Mesir baru sekali ini mempunyai Ibu
Negara. Nyonya-nyonya Presiden sebelumnya misalnya nyonya Hatem
Nasser, lebih banyak bertindak sebagai ibu rumahtangga. Baru
pertama kali ini Mesir memproklamirkannya: Nyonya Jehan Sadat
adalah Ibu Negara.Jehan Sadat putih bersih. Rambut hitam,
tingginya semampai. Dia bukan wanita Mesir asli. Ayah Mesir, ibu
Inggeris. Berkenalan dengan pemuda Anwar Sadat ketika mereka
kecil, di desa Meit Abul Kum. Tinggal berdekatan, Anwar mencoba
menegur gadis Jehan dengan bahasa Inggeris yang patah-patah.
Ternyata si gadis bisa menjawab dengan bahasa Arab. Anwarpun
tambah jatuh cinta, lantas Tuhan mempertemukan mereka.
Sekarang mereka tinggal di distrik Giza -- tidak di rumah
kediaman resmi,Istana Thahirah. Hanya sesekali saja kalau Jehan
mengadakan pertemuan. Rumahnya di Giza, seperti juga dirinya,
diatur sederhana, tidak menyolok. Juga makanan sehari-harinya
roti rakyat kebanyakan yang biasa disebut pino, syami atau
baladi Jehan Sadat yang suka "berjuang" agar kaumnya tidak cuma
iadi nyonya rumah tangga, oleh beberapa ulama yang setuju suka
disamakan dengan Siti Aisyah, isteri Nabi, Umul Mukminin (ibunda
orang beriman). Kini Jehan berstatus mahasiswi pula. Tahun lalu,
duduk di tingkat pertama, dia juara kelas -- nomor dua -- di
Fakultas Sastra Arab Universitas Kairo. Kabarnya, dia ingin jadi
juara pertama, makanya setiap hari belajar 17 jam. Pernah jadi
perawat untuk bala tentara Mesir dalam perang 6 Oktober 1973,
kini dia juga ketua atau penasehat berbagai organisasi sosial,
tentu saja. Ketika Jehan mulai muncul dalam seminar-seminar
wanita internasional, bangsanya menyebutnya lagi dengan
Nefertiti. Itu ratu Mesir dan dewi kecantikan lambang kemuliaan
wanita Mesir Kuno.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini