"SAYA bosan jadi Dewi Yull yang selalu sedih dan nelongso," ini justru kata-kata Dewi Yull. Lho, apa maksudnya? Begini. Penyanyi dan pemain film ini bosan memerankan tokoh seperti Jeng Sri (dalam Losmen) atau menjadi Sartika dalam sinetron TVRI yang berjudul sama. Ia ingin karakter yang lain. "Saya ingin menjadi wanita yang sedikit binal," ujar Dewi, 29 tahun. Keinginan itu terpenuhi di taman rumahnya, di kawasan Tebet, Jakarta. Dalam olahan Ray Sahetapy, suaminya, Dewi menjadi salah seorang pendukung lakon Taman, karya almarhum Iwan Simatupang. Pementasan ini berlangsung empat hari pada pekan silam. Suami-istri itu rupanya sedang giat berteater. Taman tadi adalah naskah kelima yang digelar Studio Oncor -- grup teater Ray yang berdiri tahun lalu. Sebelum ini, yang dimainkan adalah karya-karya Ray sendiri, misalnya Kenduri. Semua pementasan berlangsung di taman belakang rumah Ray. Penontonnya tak banyak, sekitar 30 orang, terdiri dari tetangga dan para seniman yang sengaja diundang. Selasa malam pekan lalu, misalnya, Christine Hakim hadir. Penonton bayar karcis? "Mereka membayar seadanya tergantung puas atau tidak setelah pementasan," kata Ray, alumnus Institut Kesenian Jakarta. Semula, kata Ray, ia berniat mementaskan Taman di beberapa lembaga pemasyarakatan. Tapi kabarnya ditolak Departemen Kehakiman karena di LP cuma boleh ada lawak dan musik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini