Menterjemahkan buku

HAJI Mahbub Djunaedi (46) masih oleng. "Rasanya seperti orang mabuk laut sehabis naik kapal," kata kolumnis berperawakan kecil itu. Bukan apa-apa, tapi lantaran tekanan darahnya masih terbilang tinggi, 170. Masih berobat jalan, dan lebih banyak tinggal di Bandung, ayah 7 anak ini (5 dari isteri pertama, 2 dari isteri kedua) juga masih bolak-balik ke Kejaksaan Agung. Dalam tahanan dulu tekanan darahnya sempat mencapai 250. Maka sebagian besar waktunya sebagai tahanan yang mencapai setahun itu dihabiskannya di RSPAD, Jakarta. Tapi dasar penulis, ia tak betah hanya terlentang di ranjang. Mahbub lalu menulis terjemahan buku Road to Ramadhan karangan wartawan terkemuka Mesir Hasanain Heikal. Selain itu juga membuat sebuah novel. Selain menulis, ia sempat kecanduan memancing. "Ada kali di belakang rumah sakit itu. Ikannya banyak," tuturnya. Namun tidak sekalipun mata kailnya disentuh ikan. "Mungkin karena banyak makanan yang dibuang ke kali itu, umpan saya tidak dianggap," tambahnya sambil tertawa. Ia tidak mau menceritakan apa saja yang difikirkannya selama termenung di pinggir kali itu.