Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Merapi Menderu, Lalu Meleleh

Ledakan G. Merapi di Sum-bar menimbulkan korban cukup banyak. Yang disebabkan oleh gempa, sehingga kantongan pecah & merobohkan dinding gunung. Bencana ini ditanggulangi secara nasional. (dh)

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Merapi Menderu, Lalu Meleleh
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SISA-SISA rasa takut dan ngeri masih melanda penduduk yang tinggi di desa-desa Gunung Merapi Sumatera Barat sampai pekan lalu, setelah bencana besar melanda 20 desa di sana 30 April malam lalu. Tidak kurang dari 79 penduduk tewas, 46 luka-luka berat, 139 rumah rata dengan tanah ketika pinggiran sebelah timur Gunung Merapi roboh membawa lumpur dan batu-batu. Ketakutan penduduk begitu disebabkan Merapi masih diliputi kabut, hujan masih turun. Selain menimbulkan korban jiwa, 616 Ha sawah penduduk yang siap dipanen ditimbuni lumpur dan pasir. Tidak satu tangkai padi pun bisa dipetik lagi. Juni nanti semestinya panen. Bangunan-bangunan pasar juga hancur, berikut 2 gedung sekolah, SD Inpres dan PGA, satu BKIA, 72 irigasi hancur dan 82 ekor sapi dan kerbau ditemukan mati. Jumlah kerugian seluruhnya masih dihitung, tapi sementara diperkirakan menelan Rp 3 milyar. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya bahwa Merapi yang masih aktif itu akan mengirimkan bencana macam itu. Selama ini kekuatiran justru jika Merapi meletus dan mengirimkan lahar panas. Kejadian 30 April itu diawali dua ledakan besar yang disusul bunyi deru yang menakutkan seperti satu skwadron pesawat yang akan lewat. Hujan turun rintik-rintik setelah sorenya agak lebat. Penduduk masih dalam keadaan kaget ketika tiba-tiba air besar membawa lumpur dan batu melanda rumah-rumah mereka. Jeritan minta tolong hampir tidak bisa didengar, hilang ditelan gemuruh air membawa batu dan lumpur. Menolak Pindah Ketika pagi hari dilakukan perhitungan di antara 20 desa dalam 6 kecamatan yang terkena, Desa Pasir Lawas dan Salimpaung di Kabupaten Tanah Datar paling parah. Gunung Merapi membatasi Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Desa-desa yang terkena musibah terletak di sebelah timur. Aliran lumpur dan batu tadinya akan lewat di Sungai Lasi dan Batang Jabur. Karena terlalu besar terjadi penyimpangan, yang dari Batang Jabur di daerah Tanah Datar menabrak 11 desa, sedangkan yang dari Sungai Lasi melanda 9 desa. Ketika Selasa 1 Mei siang cuaca agak cerah terlihat 3 bekas runtuhan di timur gunung itu. Juga ada dua air terjun baru di hekas runtuhan. "Dataran Merapi adalah daerah yang paling subur," kata Bupati Tanah Datal Sulaiman Zulhudi. Desa-desa yang kini mendapat musibah dikenal sebagai penghasil padi utama kabupaten itu. Begitu pula desa-desa di Kabupaten Agam di sekitar Merapi. Bahkan beras IV Angkat Candung yang kesohor di Sum-Bar berasal dari daerah bencana. Dua tahun silam ketika Merapi mengirimkan kepulan asap yang membentuk jamur raksasa di udara, kecemasan memang telah melanda penduduk di sekitar gunung itu. Tim DPRD Sum-Bar yang menjenguk desa-desa bersama beberapa pejabat propinsi menawarkan penduduk di sana untuk pindah. Desadesa yang dianggap kritis antara lain Sungaipuar di Kabupaten Agam yang persis ada di pinggang Merapi. Tapi mereka menolak. Penduduk justru beranggapan kepulan asap yang menebarkan bau belerang itu adalah rahmat untuk petani. Betul juga tanah di sekitar daerah itu makin subur. Tapi di luar dugaan, Merapi mengirimkan bencana dalam bentuk lain. Yang mengalir bukan lahar panas, tapl lahar dingin. Di tengah-tengah suasana berduka, ketika penguburan massal di beberapa desa pejabat-pejabat yang datang meninJau dan memberikan bantuan juga memperdebatkan sebab-sebab bencana. Petugas Gunung Merapi Dt. Rajo Imbang mengemukakan bahwa sumber bencana berada di luar kawasan berbahaya. "Bukan dari kawah dan tidak juga dari Telaga Bongkahan," katanya kepada pembantu TEMPO. Sebagai Bencana Nasional Menurut Rajo Imbang, bencana datang dari endapan kantong-kantong air, yang longgar akibat gempa sehari sebelumnya. Gempa memang terasa bergetar di daerah Sum-Bar dengan pusat gempa di Pinang Sori (Tapanuli), 250 Km di utara daerah bencana. Getaran gempa dengan kekuatan 4 skala richter seperti yang tercatat di Padang Panjang, menyebabkan kantong air pecah dan merobohkan dinding gunung dan batu-batuan. Lalu mengalir dan membawa lumpur bencana. Menyaksikan penderitaan penduduk yang terkena musibah, banyak pejabat daerah mengusulkan agar dinyatakan sebagai bencana nasional. "Tidak mungkin," kata Suparjo, Menteri Sosial kepada TEMPO Rabu pekan lalu. Tapi ia menjanjikan akan menanggulangi bencana itu secara nasional. Alasan tidak dinyatakan sebagai bencana nasional menurut Suparjo "sepanjang kita masih bisa menanggulangi sendiri, belum bisa disebut sebagai bencana nasional." Disehut bencana nasional apabila untuk penanggulangannya diperlukan bantuan dunia luar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus