HASANAH cerita kita makin bertambah. Buah pena Daoed Joesoef,
bekas menteri P&K itu, pekan lalu muncul di Sinar Harapan
Minggu. 'Rimba Antah Berantah', judulnya, sebuah cerita pendek
satir mengenai pertikaian para penguasa di sebuah rimba.
Tertulis antara lain: Pada bulan purnama keseratus lima puluh
sebagian besar dari anggota kelompok pimpinan sudah menjadi
anggota klub penjilat darah. Darah itu manis, dijilat dari tubuh
sesama hewan yang dilukainya, yang seharusnya dipimpinnya ....
Kalimat-kalimat itu niscaya mengandung kiasan, tapi sang
pengarang menolak menyebutkan arahnya yang persis. "Wah, itu
terserah pembaca. Kalau pengarang menjelaskan pesannya, tidak
elegant itu," katanya disertai tawa berderai. Daoed Joesoef kini
memang lebih santai dibanding ketika masih menteri - senyumnya
terkenal mahal, apalagi tertawa.
Sehari-hari berangkat ke DPA pukul 09.00, dilanjutkan ke kantor
CSIS di Tanah Abang pukul 14.00 dan sorenya sudah sampai lagi di
rumah di bilangan Kemang, di sebuah jalan buntu. Di rumah itu
pula ayah satu anak itu menatahkan pengalamannya ke dalam
karangan dan gambar. "Sudah sejak mahasiswa saya mengarang,
entah sudah berapa jumlahnya . . .," Daoed bercerita. Selain
'Rimba Antah Berantah' yang ia rampungkan dalam semalam, ia juga
telah menyerahkan naskah lain berjudul 'Patung Guru' kepada klub
'Aksara' yang akan menerbitkan kumpulan cerpen 'Guru, Pahlawan
Tanpa Tanda Jasa'. Bekas menteri P&K itu tersentuh untuk
bertutur ikhwal guru, karena katanya, "Guru itu paling menderita
dan paling diperlukan...."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini