Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Perancang mode Merdi Sihombing berupaya menghidupi wastra Nusantara.
Membuat kreasi dengan menciptakan kembali kain ramah lingkungan.
Merdi Sihombing ikut memberdayakan perempuan perajin kain di daerah.
PERANCANG mode Merdi Sihombing merayakan 25 tahun kiprahnya dalam berkarya dan menghidupi wastra Nusantara. Melalui pameran bertajuk “The Flying Cloth” yang berlangsung di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, 11-24 November 2024, ia menyuguhkan beragam kekayaan budaya Nusantara dalam sehelai kain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keseriusan Merdi menghidupi kain tenun ulos dan songket Batak bermula pada 1999-2001, ketika ia belajar di Jurusan Kriya Tekstil Institut Kesenian Jakarta. Namun ia saat itu lebih dulu mendalami kain etnik Baduy, Banten.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Perjalanan saya mengeksplorasi kain tenun Baduy malah menjadi titik awal saya untuk makin serius mendalami kain Nusantara,” kata Merdi kepada Ecka Pramita dari Tempo, Selasa, 12 November 2024.
Dari perjalanannya mendalami wastra Nusantara, Merdi menemukan kain tak hanya dapat menjadi pakaian, tapi ia memiliki makna budaya dan cerita di baliknya. “Ada cerita kesusahan, harapan, dan perjuangan para perajinnya di setiap daerah,” ujarnya.
Merdi juga resah menjumpai banyak kain yang meninggalkan jejak emisi karbon di bumi karena dirancang dengan bahan yang tak ramah lingkungan. “Kesadaran kita masih belum menyeluruh untuk memproduksi kain dengan material ramah lingkungan seperti rami, wol, dan kapas,” tuturnya.
Bertolak dari kondisi itu, Merdi merasa perlu menghadirkan koleksi kain yang memenuhi kaidah mode berkelanjutan atau sustainable fashion lewat penggunaan bahan ataupun pewarna alami. Setelah itu, Merdi menambahkan, barulah ia berbicara tentang estetika melalui penciptaan kembali atau reinventing seni cetak blok pada kain.
Salah satu koleksi teranyar Merdi yang dipamerkan adalah kain ulos lama yang diolah dengan memasukkan serat-serat benang songket sehingga menciptakan tampilan baru berupa tenun ulos motif geometris.
“Jadi kain ulos lama bisa dihadirkan dengan look baru, kain ramah lingkungan dan desain kreatif,” ucap Merdi, yang juga turut dalam penciptaan ekosistem dan pemberdayaan perempuan perajin di sejumlah daerah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo