PENGUSAHA T.D. Pardede berulang tahun ke-75, Rabu pekan lalu. Pestanya besar-besaran. Yang hadir ribuan orang. Upacara pagi di kompleks pabrik tekstilnya di Sanggul, Medan, dihadiri Doktor Roeslan Abdul Gani dan Hardi, S.H. Namun, Pardede hanya duduk di sofa dan tampak lesu. Di lubang hidungnya, ada selang oksigen. Ia dijaga enam perawat dan seorang dokter dari Singapura. Sudah setahun ini, Pak Katua -begitu panggilannya -memakai alat bantu pernapasan. "Diduga karena kebanyakan merokok di waktu muda," kata Rudolf Pardede, putra sulungnya. Istri kedua Pak Katua, Tuty Anggraini boru Sembiring, tak tampak di situ. Mereka lagi bersengketa di meja hijau. Di hari baik itu, ada pula penyerahan buku Jubeleum 75 Tahun T.D. Pardede, yang dieditori Samuel Pardede. Sebagai hiburan, paduan suara yang beranggotakan seribu orang dan gondang Batak dimunculkan. Gondang itu membuat tangan Pak Katua tergoda manortor, walau gerakannya lemah. Pidato sambutannya juga tenggelam, lirih sekali. Acara malam hari, di Deli Room Hotel Danau Toba, dimeriahkan band Filipina. Esoknya, Pardede meletakkan batu pertama perluasan hotel itu, dengan biaya Rp 40 milyar. "Itu kegiatan bisnis pertama Bapak setelah usia 75 tahun," kata Rudolf.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini