Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Columbus penemu yang damai atau ...

Perayaan 500 tahun christoper columbus menemukan benua baru diadakan besar-besaran di spanyol, italia, dan as. coica berencana menggagalkan pesta itu. columbus dituduh sebagai pelopor perbudakan.

26 Oktober 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penemu yang Damai atau Pembawa Petaka? Tiga kapal dilayarkan dari Spanyol, mengawali "peringatan 500 tahun Columbus" tahun depan. Sejumlah kota di Amerika pun merencanakan perayaan besar. Tapi layakkah Columbus dipestakan? Apakah dia bukannya memelopori pemusnahan penduduk asli Benua Baru? Maka, sekelompok orang punya rencana lain: menggagalkan pesta besar itu. Itulah kontroversi Columbus, yang mencuat kembali. Dan sekali lagi orang bertanya: mengapa namanya tak diabadikan untuk nama Benua Baru itu? CHRISTOPHER Columbus hidup kembali. Dua puluh satu tembakan meriam bercampur suara musik riang Andalusia mengiringi lepas pantainya tiga kapal layar yang terkenal itu, Santa Maria, Nina, dan Pinta dari pelabuhan Huelva, Spanyol, Sabtu 12 Oktober lalu. Inilah cara Spanyol memperingati Columbus, yang oleh sementara orang disebut penemu benua besar yang kini dinamakan Benua Amerika. Columbus berangkat pada 3 Agustus 1492 dari Spanyol dan mendarat di Dunia Baru, yang ia duga India, pada 12 Oktober tahun itu juga. Pelayaran tiga replika kapal Columbus merupakan bagian dari perayaan 500 tahun Columbus di Spanyol, Italia, dan Amerika tahun depan. Namun, di Amerika terutama, rencana perayaan besar itu mencuatkan kembali kontroversi lama dengan lebih tajam. Apakah Columbus harus dirayakan sebagai seorang penemu Benua Baru, benua yang kemudian mempraktekkan demokrasi dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, ataukah ia mesti dicatat sebagai pelopor perbudakan, penyebar penyakit yang mengakibatkan hancurnya budaya dan penghuni asli benua itu? Yang jelas, persepsi zaman kini terhadap Columbus tidaklah sesederhana ketika murid-murid sekolah dasar belajar tentang dia bahwa "Columbus adalah pelaut Italia yang berlayar dengan kapal-kapal berbendera Spanyol dan menemukan Benua Amerika pada 1492." Orang mencoba meninjaunya dari segala aspek, bahkan memperdebatkan apakah ia berdarah Yahudi atau tidak (lihat Apa dan Siapa Columbus Sebenarnya?). Mereka yang memandang Columbus dengan positif menyiapkan satu perayaan spektakuler. Spanyol, umpamanya, menyiapkan Expo '92 di Seville. Di kota inilah Columbus, sepulangnya dari Benua Baru menemui Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, membawa oleh-oleh berupa sejumlah perhiasan dan beberapa orang Indian. Di sini, Panitia Expo merancang pemutaran kembali sejarah, dengan membuat replika pelabuhan abad ke-15 . Lalu, tengok kembali palayaran "napak laut"-nya ketiga replika kapal Columbus. Selain tiga kapal itu dibuat semirip mungkin dengan kapal Columbus, perbekalan yang dibawa awaknya, yang berpakaian pelaut Spanyol abad ke-15, pun mirip dengan yang dibawa Columbus, yakni gerobak sapi yang semestinya lengkap dengan sapinya untuk perjalanan darat, buah zaitun segar, ayam hidup, roti, dan anggur. Jumlah perbekalan disesuaikan dengan lama perjalanan. Direncanakan bahwa kapal itu sampai di tempat pendaratan pertama Columbus di Benua Baru -- kini tempat itu adalah ibu kota Republik Dominika Santo Domingo -akhir November nanti. Namun, tak sepenuhnya tiga kapal itu adalah kapal zaman abad ke-15. Tampaknya, 14 pelaut profesional dan 61 warga sipil itu tak mau mengambil banyak risiko. Mereka pun membawa radar modern dan peralatan komunikasi lewat satelit. Tentu saja sikap Nakoda Santiago Bolivar, yang memimpin ekspedisi "napak laut" ini, berbeda dengan Columbus. "Mungkin Columbus, waktu itu, mengenal kapal-kapalnya jauh lebih baik daripada saya," kata Bolivar. "Namun, bagi kami, lautan bukan lagi misteri seperti di zaman Columbus." Di Genoa, Italia, yang disebut-sebut tempat kelahiran Columbus, dipersiapkan pameran khusus dan konperensi yang bertema "Christopher Columbus: Kapal-Kapal dan Laut". Dermaga dan gudang kapal di pelabuhan tua di kota itu akan dipoles. Di situ, pada 15 Mei-15 Agustus 1992 akan dipamerkan teknologi, ekologi, dan budaya bahari sejumlah negara yang diundang sebagai peserta. Kabarnya, PBB ikut mensponsori pameran ini. Pemerintah Italia memperkirakan pengunjung acara ini akan mencapai dua juta kepala. Di "Benua Baru" itu sendiri, perayaan itu dibuat di dua kota yang mengabadikan nama Columbus. Columbus yang di Negara Bagian Ohio akan mengabadikan replika Santa Maria 11 Oktober nanti dan selanjutnya memajangnya di keramaian Sungai Scioto bersama pertunjukan teater, orkestra, opera, dan balet. Di Kota Columbus, di Negara Bagian Wisconsin, akan diresmikan patung Columbus setinggi 4,4 meter dari bahan fibreglass. Di San Salvador, Kepulauan Bahama, yang disebut-sebut tempat pendaratan pertama Columbus, akan dibuka tempat rekreasi baru oleh Club Med. Pemerintah AS menganggap perayaan 500 tahun Columbus ini peristiwa penting. Sampai-sampai Kongres AS membentuk panitia dengan nama mentereng, "Komisi Peringatan 500 Tahun Christopher Columbus", yang dibentuk tujuh tahun lalu. Pemerintah juga akan mewajibkan stasiun-stasiun televisi menayangkan film dokumenter serial Columbus dan Tahun Penemuannya selama tujuh jam dalam empat malam. Sejumlah suvenir, umpamanya kaos dan jam tangan bergambar Columbus, disiapkan. Di sisi lain, ada pula persiapan menyambut hari bersejarah itu dengan sikap yang sama sekali bertolak belakang. COICA, Badan Pelaksana untuk Organisasi Penduduk Asli dari Lembah Sungai Amazon, yang bermarkas di Lima, Peru, kini sedang mengatur strategi bagaimana menentang perayaan besar itu. "Kami ingin menemukan kembali sejarah kami sendiri," kata Evaristo Nugkuag, Presiden COICA, "Untuk mencapai kemerdekaan yang sebenarnya, yang bebas dari agresi dan eksploatasi." Senin 7 Oktober, dua pekan lalu, di Quetzaltenango, Guatemala, Amerika Tengah, sekitar 1.000 anggota COICA dan kelompok-kelompok lain, mewakili 24 negara belahan bumi barat, berkumpul di dalam "pertemuan kebenuaan" untuk merencanakan penyajian "Seville altenatif". Bukan perayaan yang mereka tekankan, melainkan perenungan terhadap Columbus. Kelompok yang ingin melakukan perenungan dan bukan perayaan menganggap para penjelajah dari Eropa itu adalah setan yang memperkenalkan peradaban baru: kebrutalan, keangkuhan Eropa, penyakit menular, dan perbudakan. Di dalam buku The Mysterious History of Columbus, buku terbaru dari lusinan buku tentang Columbus, yang baru terbit tahun ini, John Noble Waford mengutip catatan yang pernah dibuat oleh orang-orang semasa Columbus, seperti Michele Cuneo, bangsawan Italia yang menyertai Columbus dalam pelayaran keduanya, dan Bartolome de las Casas, orang Spanyol yang lalu menetap di Benua Baru. Melalui kesaksian itu tergambar cara Columbus dan rombongan penjajah Spanyol menganiaya dan menghabisi orang -orang Indian, penduduk asli Dunia Baru itu. Umpamanya, pada ekspedisi kedua Columbus di Santa Cruz (kini St. Croix) di Kepulauan Virginia, November 1493, Cuneo menceritakan bagaimana, suatu hari, mereka mengejar perahu berpenumpang sekelompok Indian. Ketika itu, di dalam kepala mereka sudah tertanam pendapat bahwa Indian di daerah itu ganas-ganas. Tiba-tiba panah-panah melayang dari perahu yang mereka kejar. Perahu itu ditumpang tiga atau empat laki-laki Indian, dua perempuan dan dua budak. Namun, anak buah Columbus lebih sigap. Mereka bisa menangkapi orang-orang Indian itu. Salah satu Indian yang kelihatan hampir mati diceburkan ke laut. Namun, orang itu tidak tenggelam, ia berenang. Cuneo dan teman-temannya cepat-cepat menggaetnya lagi dan menyeretnya ke pagar kapal. "Di situ, kami penggal lehernya dengan kapak. Indian yang lain beserta budak-budak itu lalu kami kirim ke Spanyol." Cuneo juga bercerita bagaimana ia bertemu dan lalu menangkap seorang wanita Indian yang cantik. Dengan persetujuan Columbus, kata Cuneo, ia membawa wanita itu ke kamarnya. "Karena, wanita itu telanjang, sebagaimana umumnya bangsa Indian kala itu, timbullah hasratku menggaulinya," tulis Cuneo. "Begitu aku bertindak, ia rupanya tak mau melakukannya. Ia mencakar dengan kukunya hingga menyulitkan rencana saya. Maka, saya mengambil tali, lalu memecutinya. Wanita itu menjerit-jerit dan meratap dengan suara yang belum pernah saya dengar. Akhirnya, kami mencapai kata sepakat. Sungguh, ini saya ceritakan padamu, ia seperti dibesarkan di rumah bordil terbaik." Inilah perkosaan pertama yang tercatat, seolah menyimbolkan perkosaan yang seterusnya terjadi terhadap tanah dan manusia Dunia Baru. Menurut Samuel Eliot Morison, salah seorang penulis biografi Columbus, hubungan orang-orang Spanyol dengan Indian bagaikan bos dan budak. Si pendatang adalah kelompok superior, sedangkan Indian hanya orang-orang bodoh untuk ditangkapi dan dieksploatasi. Tampaknya, Columbus merasa berhak membagi -bagikan wanita-wanita tangkapan untuk anak buahnya. Kejadian semacam ini berlanjut ketika pemerintah Spanyol mengirim gubernur baru, Nicolas de Ovando, ke daerah jajahan, Espanola (kini Haiti), pada 1502. Padahal, ketika Raja Ferdinand dan Ratu Isabella mengirimkan Nicolas, maksudnya untuk mengkristenkan dan melindungi orang-orang Indian. Namun, menurut cerita Bartolome de las Casas, yang ikut dalam rombongan itu, kedatangan mereka ini tanpa pikiran lain kecuali mengisap kekayaan alam dan penduduknya. "Bahkan, orang-orang sipil Spanyol tak pernah pergi tanpa membawa pedang yang baru diasah. Mereka juga ditemani anjing-anjing terlatih untuk merobek-robek tubuh Indian." Suatu ketika, orang-orang Indian mengamuk karena pemimpinnya dikoyak anjing. Ovando mengumumkan perang besar terhadap pribumi. Mereka mulai mengepung kampung-kampung dan, tulis Las Casas dalam kroniknya yang lalu populer disebut Legenda Hitam, "Mereka membantai penduduk, tak ubahnya bagai menyembelih domba-domba." Menurut kesaksian Las Casas, orang-orang Spanyol memang sengaja melakukan teror, "Agar kepahitan dan kekasaran itu membuat Indian tak berani berpikir bahwa mereka adalah manusia." Sudah jadi permainan sehari-hari para kolonialis Spanyol itu menebas tangan atau bagian tubuh Indian yang lain, sambil berteriak, "Pulanglah ke kampungmu, sebarkan berita ini kepada kepala sukumu." Bertaruh adalah kegiatan sehari-hari para kolonial itu. Jika Indian-Indian itu datang untuk menuntut balas, segera taruhan dipasang: siapa yang bisa memutuskan kepala atau membelah badan Indian dengan satu tebasan. Cerita yang lain terjadi di Provinsi Xaragua di walayah Republik Dominika sekarang. Ovando membawa 370 bala tentaranya untuk membasmi pemberontakan yang mungkin dilakukan oleh Indian yang kepala sukunya dikoyak-koyah anjing. Gubernur itu bertamu kepada kepala suku baru, yang disebut-sebut bernama Anacaona, adik kepala suku yang mati itu. Sebagai tanda persahabatan, Ovando menawarkan gelar kepada Anacaona, sebagai Putri atau Ratu. Sebagai balasannya, Anacaona menyambut tamu-tamunya dengan pesta dan permainan di sebuah tenda besar. Namun, ini semua adalah rencana busuk Ovando. Semuanya sudah dipersiapkan. Ketika Ovando memberikan isyarat, semua Indian yang di dalam kemah langsung ditangkap dan diikat. Hanya Anacaona yang dilepas. Kemudian kemah itu dibakar. Lalu, tentara Ovando menjarah kampung itu. "Mereka yang berkuda meluncurkan tombak-tombak untuk membunuh sebanyak mungkin Indian yang berjalan kaki dan membelah perut Indian dengan pedangnya," tulis Las Casas. "Hanya beberapa yang terlepas dari pembantaian ini. Laki-laki, orangtua, anak-anak tak berdosa diperlakukan dengan kejam. Banyak sekali yang mati. Bila seorang Spanyol, entah karena belas atau keserakahan, membawa lari anak-anak Indian, tiba-tiba dari belakang ada saja yang mendekat dan menebas anak-anak itu jadi beberapa potong. Bila anak-anak itu dilarikan dengan kuda, seseorang akan meluncurkan tombaknya kepada si anak. Anak-anak yang digandeng tangannya dibawa berlari untuk diselamatkan, tiba-tiba kelebatan pedang menebas kaki anak-anak itu. Nasib Ratu Anacaona berakhir di tiang gantungan sebagai kehormatan. Para pembela kolonialis menilai Las Casas melebih-lebihkan kenyataan. Mereka lebih menyukai dan percaya kepada catatan Peter Martyr, kerabat Istana Italia, yang juga membuat catatan tentang Benua Baru. Atau buku Gonzalo Fernandez de Oviedo, penyusun eksiklopedi sejarah Benua Baru. Memang, dalam kronik Martyr, misalnya, hanya disebutkan, "Indian yang dianggap bersalah lalu dihukum." Bagaimana bentuk hukuman itu tak direportasekan, tak sebagaimana Las Casas yang, menurut nilai jurnalistik sekarang, menulis reportase yang sungguh hidup. Baru pada pertengahan abad ke-16, Legenda Hitam bangsa Spanyol, antara lain karena tulisan Las Casas, diyakini sudah oleh sebagian orang Eropa, terutama musuh-musuh Spanyol yang memeluk Protestan. Ini toh tak membawa perbaikan berarti bagi penduduk asli Dunia Baru. Yang terjadi adalah saling menjelekkan musuhnya. Orang Spanyol, misalnya, membela diri dari tuduhan berbuat sadistis terhadap Indian dengan mengatakan bahwa sekejamkejam orang Spanyol tak pernah melakukan perbuatan hina seperti yang dilakukan oleh Sir Jeffrey Amherst, seorang komandan Inggris di Amerika Utara. Amherst memerintahkan mengirimkan selimut-selimut bekas orang yang terkena cacar kepada Indian hingga pernah diceritakan bahwa sekelompok Indian mati kelaparan. Karena terkena cacar bersama, tak satu pun yang bisa menyediakan makanan. Juga jadi perdebatan apakah Columbus bisa dituduh biang perbudakan di Benua Baru. Sikap Columbus tercermin pada hari pertama ketika tiba di Guanahani. "Orang-orang Tainos," kata Columbus, "harus menjadi pelayan yang baik dan pintar." Tahun 1494, Columbus menjual 550 Indian sebagai budak ke Spanyol. Ketika itu, ia mulai putus asa mencari emas dalam jumlah yang cukup, yang dijanjikannya kepada raja dan ratu Spanyol yang telah mensponsori perjalanannya yang kedua dengan puluhan kapal. Columbus mengusulkan pengiriman budak-budak secara teratur untuk ditukar dengan ternak dan makanan. Mereka yang membela Columbus biasanya berkata bahwa Columbus bukan pelopor kebudayaan itu. Columbus hanya meniru yang ia saksikan selama ini. Ia melihat bagaimana rakyat Afrika ditangkapi dan dikirim ke Portugal dan Spanyol sebagai budak (dengan pengampunan dari gereja). Jadi, ia pikir perbudakan sebagai sesuatu yang wajar. Bagaimanapun, akibat kedatangan orang Eropa ke Benua Baru memang tak enak. Apalagi tahun lalu, sejarawan sosial Kirkpatrick Sale, lewat bukunya Penaklukan Surga, menggambarkan bagaimana kehidupan di Pulau Bahama sebelum para penjajah datang. Sale mendapat dongeng indah itu lewat sejumlah penelitian tentang kehidupan, ekpedisi, dan eksplorasi Columbus juga, tapi dari sudut lain. Di Dunia Baru itu, kata Sale, masyarakat suku asli hidup nyaman. Mereka mendapat makanan yang cukup, rumah yang baik. Ekspresi seninya terwujud dalam kerajinan tembikar, rotan, kayu, dan perhiasan. Pada waktu santai, mereka berdansa, menyanyi, main bola, dan suami-istri hidup harmonis. Tak ada kemiskinan atau penyakit serius. Mereka dinamai Tainos oleh orang Eropa, diambil dari bahasa setempat yang artinya "baik". Cerita-cerita semacam ini dijadikan amunisi oleh kelompok anti-Columbus untuk menghanguskan pemujaan terhadap pelaut itu. Juli lalu, grup pengunjuk rasa muncul tiba-tiba di Spanyol. Mereka berpakaian bak Indian Amerika Selatan: bercawat dan bercoreng-moreng di muka dan badan. Dengan tenang, mereka pergi ke semacam kuil Orang Suci Santiago de Compostela, meletakkan rangkaian bunga dengan pesan, "Maafkan mereka yang menggunakan namanya untuk menaklukkan, membunuh, dan menghabisi rakyat." Bahkan, ada yang jelas meletupkan kebenciannya seperti yang dilakukan oleh aktivis pribumi Amerika, dua tahun silam. "Columbus lebih kejam daripada Hitler," teriak demonstran di muka museum sejarah di Universitas Morida. Ketika itu, diselenggarakan pameran dengan tema "Pertemuan Pertama: Penjelajahan Spanyol di Karibia dan AS 1492-1570". Bagi mereka, Columbus tak pantas dirayakan karena orang-orang Polandia juga tak merayakan hari penyerbuan Nazi ke negaranya. George Tinker, masih Indian asli, yang kini mengajar di sekolah teologi Iliff, Denver, tak habis mengerti rencana merayakan 500 tahun pendaratan Columbus. "Itu kan sama saja memperingati kemenangan sekelompok orang yang mengambil keuntungan besar dengan cara membunuhi orang lain," katanya. Akademisi dari berbagai penjuru Amerika juga merencanakan sejumlah konperensi tentang penjajahan yang dipelopori Columbus. Pandangan generasi muda Amerika kini terhadap tokoh yang disanjung selama ratusan tahun itu boleh jadi sudah berubah. Sebelum Amerika perang dengan Inggris, 1812, Columbus belum masuk hitungan di Amerika Serikat. Namun, setelah konflik itu, para patriot Amerika merasa perlu mencari tokoh pemersatu bangsa, yakni pahlawan-pahlawan yang bukan orang Inggris. Dunia Baru memerlukan nenek moyang baru. Tersebutlah Washington Irving, yang menulis sejarah kehidupan dan perjalanan Christopher Columbus pada tahun 1828. Di situ, Irving menyanjung Columbus sebagai seorang yang bernama Italia dan berlayar di bawah bendera Spanyol yang berkepribadian kuat dan berwibawa. Pendeknya, Columbus memiliki kebajikan dan sifat-sifat yang bisa memenuhi kebanggaan rakyat Amerika Serikat, yang kala itu kebanyakan datang dari Eropa Utara. Itulah masa keemasan nama Columbus. Kini, nama itu mulai dilunturkan. Orang mencoba menilai kembali Columbus. Adakah perbuatan pada masa dan di bagian dunia yang punya nilai-nilai berlainan dengan pada masa kini bisa disalahkan menurut norma sekarang? Di luar itu sebenarnya masih ada sisi positif masuknya kulit putih Eropa: pertukaran pengetahuan. Topik ini akan diangkat oleh Institut Smithsonian. Di Museum Sejarah Pengetahuan Alam di Washington, 12 Oktober mendatang, akan dipamerkan unsur alam yang mengubah baik Dunia Lama maupun Dunia Baru: gula, penyakit, jagung, kentang, dan kuda. Merenungkan arti dan dampak perjalanan Columbus mungkin lebih bermakna daripada merayakannya besar-besaran. Bagaimanapun, ada sebagian dari kita warga dunia ini yang jadi korban dengan kejam sebagai akibat pendaratan Columbus di Dunia Baru, apa pun sebabnya. BSU

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus