"DATANG terlambat bukan kebiasaan saya," ujar EWP Tambunan,
Gubernur Sum-Ut, 53 tahun. Tapi 9 Desember, ia toh terlambat 20
menit menghadiri acara peringatan setahun meninggalnya komponis
lagu-lagu Melayu, Lily Suhairy, di auditorium RRI Medan.
Ternyata kelambatan itu karena ia harus menyertai Mendagri
Amirmachmud meresmikan Kisaran sebagai ibukota Kabupaten Asahan.
Seusai mengantar Menteri ke pesanggrahan, ceritanya, ia bersama
sopir langsung ngebut ke RRI -- meski sebelumnya ia sudah
menyatakan tak bisa hadir dan menunjuk seorang staf sebagai
wakil.
Tapi, setelah berkali-kali menengok arlojinya, akhirnya ia
memutuskan untuk hadir saja. "Untuk kau, Lily," katanya,
disambut tepuk tangan hadirin. Rambutnya acak-acakan. Katanya:
"Saya tak sempat bertemu istri, belum makan, belum mandi, bahkan
cuci muka pun tidak."
Tambunan, kecuali pernah berteman dekat dengan almarhum,
ternyata juga pengagumnya. "Gaya hidupnya sederhana. Almarhum
bekerja tanpa pamrih dan tanpa mencari kekayaan," katanya.
"Sekarang karyanya kita warisi." Karya Lily, Aras Kabu, kata
Tambunan, turut mengobarkan perjuangan di tahun 1945 dan banyak
dinyanyikan para gerilya di hutan-hutan. Lagu-lagu lainnya
antara lain Figurku, Cumbuan Dewa, Selayang pandang dan
Selendang Pelangi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini