Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Zahra Muzdalifah bersiap menghadapi cuaca dingin saat bergabung dengan klub sepak bola putri di Jepang.
Sabreena Dressler belum bisa berselancar lagi setelah bergabung dengan klub sepak bola putri di Australia.
Naomi Nielsen masih rutin bermain piano dan gitar sejak bergabung dengan tim sepak bola putri di Denmark.
Bersiap Hadapi Musim Dingin
KAPTEN tim pemain sepak bola perempuan Indonesia, Zahra Muzdalifah, tengah bersiap kembali bergabung dan berlatih bersama timnya di Klub Crezo Osaka Sakai Ladies—salah satu klub sepak bola putri pada Divisi 1 Nadeshiko League atau kasta tertinggi di Jepang—awal 2023. Pesepak bola wanita yang lahir di Jakarta pada 21 tahun lalu tersebut juga mencari cara agar mudah beradaptasi dengan cuaca musim dingin di Negeri Sakura.
“Pakaian hangat dan topi buat menghalau suhu dingin,” kata Zahra melalui pesan suara kepada Tempo, Sabtu, 26 November lalu.
Zahra mengatakan tidak akan butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri berkegiatan di tengah musim dingin di Jepang. Sebelumnya dia pun telah menjalani masa percobaan selama empat bulan dengan bermain di South Shields Football Club—klub sepak bola putri yang berlaga di Inggris—Juli hingga Oktober lalu.
“Suhu dan cuaca di Inggris lebih dingin dari Jepang. Di sana saya memang sempat mengalami kendala, tapi lama-lama jadi terbiasa juga,” ujar mantan pemain Klub Persija Jakarta Putri tersebut.
Dia pun tak akan menghabiskan banyak waktu berdiam di kamar selama musim dingin di Jepang. Dia sudah meminta informasi tentang kegiatan yang umumnya dilakukan para pemain sepak bola atau anak muda pada musim tersebut. “Saya lagi cari tahu kegiatan seru apa selain sepak bola yang bisa dilakukan,” tuturnya.
Toh, Zahra punya kebiasaan yang akan terus dilakukan selama berada di negara lain, yaitu berburu sajian kuliner khas setempat. Dia mengatakan sempat mencicipi beberapa menu spesial di South Shields seperti foie gras.
Demikian pula sejak dia tiba di Osaka pada November lalu. Dia sudah berkeliling kota ketika jeda latihan untuk berburu ramen dan sushi yang enak. “Aku sudah mencoba dan membuktikan, benar enak,” ucap Zahra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tunda Hobi Berselancar
Sabreena Dressler yang bermain untuk Subiaco AFC Australia. Instagram.com/sabreenadressler
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEMAIN sepak bola putri Indonesia, Sabreena Dressler, harus menghentikan sementara hobinya berselancar sejak berada di Australia, Mei 2022. Perempuan berdarah Indonesia-Jerman ini mendapat informasi tentang tingkat bahaya pada sejumlah perairan di Negeri Kanguru tersebut.
“Ada banyak hiu, jadi saya tak berani,” kata Sabreena melalui pesan pendek kepada Tempo, Jumat, 2 Desember lalu.
Pemain bertahan atau bek ini mengatakan menggeluti hobi meniti ombak laut sejak berusia 14 tahun. Saat itu Sabreena langsung menjajal keganasan ombak di Pantai Padang Padang, Bali. Padahal area tersebut biasa menjadi destinasi favorit para peselancar profesional.
“Saya ingat waktu itu ombaknya cukup tinggi. Saya hampir tenggelam karena jatuh terbanting ke bebatuan karang yang tinggi dan tajam,” ujar mantan pemain Klub Persija Jakarta Putri tersebut.
Sabreena mengatakan ada perbedaan besar lokasi berselancar di Indonesia dan Australia. Beberapa pantai Indonesia yang memiliki ombak bagus umumnya bebas dari ancaman binatang berbahaya seperti hiu. Namun kondisi air laut dan pantai kerap kotor. Hal ini berbeda dengan pantai Australia yang sangat bersih dan menjadi pusat habitat hewan berbahaya di laut.
Saat ini Sabreena memang tinggal di Australia karena bergabung dengan Subiaco AFC—klub peserta kasta kedua liga sepak bola putri Australia. Sebelumnya dia pun mendapat tawaran dari sejumlah klub di luar Indonesia. Namun pemain 21 tahun ini memilih klub yang bermarkas di Perth tersebut sebagai tempat mengembangkan pengalaman dan kemampuan.
Sebagai pengganti berselancar, Sabreena lebih sering menghabiskan waktu berlatih tinju dan dansa. Dia mengatakan butuh kegiatan lain di luar rutinitas latihan sepak bola selama di Australia.
Tetap Bermain Musik
Naomi Nielsen. Instagram.com/naominielsen_
PESEPAK bola wanita Indonesia yang juga berkiprah di luar negeri adalah Naomi Nielsen. Pemain sayap kanan berusia 20 tahun ini tengah merintis kariernya di Lyngby Boldklub di Liga Putri Denmark. Perempuan berdarah campuran Denmark-Indonesia ini memilih keluar dari Klub Persija Putri Jakarta karena tak mendapat kepastian tentang penyelenggaraan Liga 1 Wanita.
Naomi berkisah tetap menjalani hobinya bermain sejumlah alat musik sejak tinggal bersama kakek dan neneknya di Denmark, akhir 2021. Namun dia tak lagi menemukan kebiasaan bermain musik bersama dengan sesama pemain dalam tim atau klub. Para pemain tak terbiasa membawa alat musik dalam kegiatan bersama.
“Kami pernah bernyanyi bersama sebelum pertandingan. Atau ketika ada pesta. Tapi kami menggunakan musik dari speaker, yang bagi mereka lebih gampang daripada bermain gitar,” ucap Naomi kepada Tempo melalui pesan pendek, 22 November lalu.
Sebelumnya, Naomi menambahkan, ada kebiasaan bernyanyi dan bermain musik bersama ketika masih berada di tim sepak bola putri Pekan Olahraga Nasional DKI Jakarta dan Klub Persija Putri. Misalnya saat menjalani pelatihan dan persiapan PON Papua. Dia bersama lima-sembilan anggota tim tersebut sering meningkatkan kekompakan dengan bernyanyi dan bermain gitar.
“Biasanya Agnes (pemain bertahan tim PON dari Jakarta) yang membawa gitar. Kalau tidak, bisa saja yang membawa gitar rekan pemain lain atau bahkan pelatih,” ujarnya.
Adapun di Denmark Naomi bermain musik hanya ketika berada di rumah karena kakeknya memiliki sebuah piano. Dia juga acap mengisi waktu luangnya dengan bermain gitar di kamar.
Naomi memiliki sederetan lagu favorit saat memainkan setiap alat musik. Dia biasa memainkan lagu “Say You Won’t Let Go” oleh James Arthur dan “Riptide” oleh Vance Joy saat bermain gitar. Adapun ketika bermain piano biasanya dia memainkan lagu “A Thousand Years” oleh Christina Perri, “Counting Stars” oleh One Republic, dan “Für Elise” ciptaan Beethoven.
Naomi menjelaskan, dia belajar bermain piano sejak usia lima tahun. Dia ingin mengikuti hobi ibunya dengan berlatih dua kali per pekan di sekolah musik dekat rumah. Seiring dengan usia, dia menambah kemampuan bermusiknya dengan mempelajari gitar, ukulele, dan trompet hingga jenjang sekolah menengah atas. “Untuk trompet, saya suka memainkan lagu ‘City of Stars’ dari film Lala Land,” ucap Naomi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo