Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Penerbitan cer-ber pertama

La rose, 43, penulis yang rajin mengisi pelbagai koran dan majalah dengan laporan perjalanan, berulang tahun 22 desember. dalam "wajah-wajah cinta" cerita bersambungnya diterbitkan pertama kali. (pt)

17 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LALA "Great" We are so proud of you, knowing that your book will be published very soon. Congratulations. Today is your birthday. Happy Birthday. May God Bless You and the Family. Tulisan tersebut muncul di halaman iklan Harian Kompas 22 Desember lalu. Di bawahnya tertera nama: August Parengkuan. Di atasnya gambar kulit buku "Dalam Wajah-Wajah Cinta" karangan La Rose. Pendeknya, August Parengkuan, wartawan surat kabar itu, mengucapkan selamat atas terbitnya itu buku dan hari ulang tahun pengarangnya, La Rose. Mengapa La Rose disebut "Lala 'The Great'" oleh pemujanya yang masih bujangan lagi tampan itu, entahlah. La Rose (ini bukan orang asing, meskipun iklan itu berbahasa Inggeris) di Hari Ibu tersebut genap berusia 43 tahun -- menurut pengakuannya sendiri. Wanita ini dikenal rajin menulis di pelbagai koran dan majalah dan biasanya tentang laporan perjalanan, karena ia memang sering bepergian ke mancanegara. Buku tadi merupakan bukunya yang pertama terbit, setelah ceritanya muncul bersambung di majalah Kartini Tebalnya 600 halaman. Untuk 10 ribu eksemplar penerbitan pertama ini ia sudah beroleh uang muka sebesar Rp 400 ribu. "Begitu mulai beredar, kekurangannya akan dibayar", tutur La Rose, "tapi jumlahnya saya belum tahu". Yang penting baginya tentu bukan uang itu, sebab ia termasuk kelas yang bisa bepergian ke luar negeri dengan ongkos sendiri. "Menulis itu bagi saya sama dengan makan", begitu pernyataannya. Untuk kebutuhan itu, di rumahnya lantas tak melulu ada ruang makan, tapi juga kamar tulis yang tersendiri. Di situ ada juga tempat tidur, dan di ujungnya ada rak yang tersusun penuh buku. Di sampingnya ada sebuah meja yang jadi satu dengan rak tersebut. Lalu sebuah cermin. Kemudian sebuah mesin tik besar di depan cermin itu. Sehingga tiap kali menghadapi mesin tik, praktis ia juga berkaca. Lalu apa yang dirasanya pada usia sekarang? "Justru saya merasakan ketenangan", ujar nenek dari dua cucu ini. Menurut La Rose nama aslinya Jeanny Laloan -- "sebab pada usia saya sekarang pandangan orang sudah lain". Maksudnya, "orang tidak lagi melihat bibir saya, kaki saya atau bentuk tubuh. Tapi orang lebih suka membaca tulisan saya". Untuk menunjang keyakinannya itu ia tak kepalang tanggung mengingatkan dirinya. Di kamar mandi, misalnya. Ada sebuah papan untuk menulis apa yang harus dikerjakannya hari ini. Meski begitu toh ia merasa baru 5% kebutuhan menulisnya terpenuhi. Selebihnya, "habis buat mengurus rumah tangga". Suaminya, Haji Ario Damar Sosrodanukusumo adalah seorang pengusaha, nampaknya suka cita merangsang kegiatan isterinya sebagai penulis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus