MENGAPA ada orang yang terus mau jadi Perdana Menteri Muangthai?
PM Kukrit Pramoj, dengan kacamatanya yang tampak terlalu besar
dan rambutnya yang memutih, pekan lalu mengeluh: "Saya
menghadapi tekanan dari pelbagai sudut, sehingga saya bingung
tentang hak saya sebagai Perdana Menteri".
Untunglah Muangthai bukan Lebnon, yang kini sedang
menghancurkan dirinya dengan perang saudara terdahsyat di Timur
Tengah. Terancam sebentar oleh mosi tidak percaya dari gabungan
partai-partai oposisi di parlemen, minggu lalu itu pula Kukrit
tiba-tiba memperoleh kemenangan. Partai Sosial Agraria tiba-tiba
meninggalkan kelompok partai-partai oposisi yang tengah
menyiapkan mosi tak percaya itu. Bahkan dengan segera memutuskan
untuk ikut serta dalam pemerintahan. Kabinet Kukrit sudah
menyiapkan pintu terbuka buat mereka. Pemerintahan Kukrit dengan
demikian diperkuat oleh 19 suara dari fraksi Sosial Agraria di
parlemen. Empat jabatan dalam kabinet sudah dijanjikan buat
mereka: dua menteri dan dua wakil menteri. Wakil ketua partai
itu, Sawat Knprakorb, menyatakan bahwa partainya telah
memutuskan, sesuai dengan mayoritas yang didapatkannya, untuk
serta dalam kabinet, "guna menunaikan tugas kepada bangsa".
Pemimpin partainya sendiri, Piampongsarn, menolak langkah itu.
Ekstrim Kiri
Sang pemimpin mungkin kecewa dan begitu juga fihak oposisi
terhadap "pengkhianatan" ke-19 rekan mereka itu. Tapi
orang-orang itu nampaknya telah dibikin gentar oleh langkah blok
sosialis di parlemen. Wakil-wakil sosialis, terdiri dari tiga
partai yang nyaris sama besar jumlah suaranya, tiba-tiba setuju
untuk bergabung dengan fihak oposisi kelak dalam kabinet yang
akan menggantikan kabinet Kukrit. Tapi mereka mencantumkan garis
politik yang terdiri atas 12 pasal -- yang ternyata bagi
orang-orang Sosial Agraria dianggap "terlalu ekstrim kiri".
Antara lain: nasionalisasi perusahaan beras, minyak dan
pertambangan, serta juga usaha perbankan. Ketua fraksi sosialis,
seorang berpangkat Kolonel, menegaskan bahwa bloknya tak akan
mendukung mosi tak percaya melawan Kukrit kalau pokok-pokok
garis politiknya ditolak. Kontan fihak oposisi yang nyaris
berhasil itu pecah -- dan Kukrit selamat.
Di luar parlemen, Kukrit juga selamat. Keputusannya untuk
menaikkan harga beras (dan juga gula) -- dengan alasan untuk
menaikkan taraf hidup petani di pedalaman -- dengan hebat
menimbulkan protes penduduk Bangkok. Pekan lalu, 100 petani dari
propinsi Phichit memang datang ke kantor Perdana Menteri,
mendukung keputusan pemerintah yang mau menjamin harga padi itu.
Tapi di Bangkok sehari sebe1umnya Federasi Petani menyatakan
ikut protes kebijaksanaan itu. Di depan 4000 orang di Bangkok,
Sekjen-nya menyatakan bahwa dewasa ini petani Muangthai masih
harus membeli beras. untuk makan, meskipun merekalah yang
menanam padi. Dan Konfeerasi Serikat Buruh pun mengadakan
demonstrasi dan pemogokan. Niat pemerintah buat mengalah
sedikit, dengan menunda pelaksanaan keputusannya itu sampai dua
bulan, ditolak keras. Pemogokan yang nyaris mengancam Bangkok.
Presiden Konfederasi, Paisal, bahkan mengancam akan mengacaukan
dinas pekerjaan dan pekerjaan umum, termasuk listrik, leiding
dan bis. Di Royal Plaza, 10.000 buruh berkumpul. Kira-kira 1000
oiang bertekad jaa semalam suntuk. Di pelabuhan buruh membuat
patung Kukrit dan dua menterinya serta membakar mereka. Paginya
Kukrit mengalah benar-benar, tapi tak berarti kalah. Dalam
pertemuan dengan Paisal disetujui suatu kompromi:
serikat-serikat buruh kelak akan ikut serta dalam pertimbangan
kebijaksanaan menaikkan harga beras. Juga serikat buruh akan
punya kekuasaan untuk mengawasi proyek landreform yang
diselenggarakan di seluruh penjuru Muangthai.
Ketika Paisal keluar dari tempat pertemuan, para buruh bersorak
gembira menyetujui kompromi itu, yang tak akan menaikkan harga
gula serta menjamin penjualan "beras murah" di tokotoko yang
dibuka Departemen Perdagangan. Kukrit telah berbuat
sebaikbaiknya. Tapi mungkin tidak untuk selama-lamanya.
Pemerintah menyatakan 1976 akan mengalami kenaikan harga
kebutuhan hidup 6%. Meskipun ini tidak serius, katanya, tapi
siapa tahu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini