Perayaan ulang tahun ke-70

JANGAN sekali-kali menjadi Sumitro kedua. Itulah salah satu nasihat yang diterima oleh Widjojo Nitisastro, yang diceritakannya Ahad lalu di sekolah tenis Yolanda, Kebayoran Baru, Jakarta. Peristiwanya, perayaan ulang tahun ke-70 Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, ahli ekonomi pendiri Fakultas Ekonomi UI, yang beberapa kali jadi menteri, baik di masa Orde Lama maupun Orde Baru. Menjadi Sumitro kedua, itu memang berat. Coba saja lihat. Sehabis bertanding tenis melawan Yolanda, pemegang medali emas dalam SEA Games IX meski kalah, katanya, "Ah, 'kan saya cuma kalah dalam mengontrol bola." Lalu Pak Mitro melakukan push-up sepuluh kali. Sejumlah yang hadir, antara lain Menpora Abdul Gafur dan Probosutedjo, memberikan tepuk tangan. Yang berulang tahun meneruskan ceritanya, "Sejak kecil saya gemar olah raga. Saya tenis sejak umur 13 tahun. Lalu saya ikut sepak bola sebagai penyerang kanan dalam. Saya masih suka nonton bola, Iho, saya ini menonton pertandingan antara FC Porto dan Bayern yang disiarkan televisi dinihari itu. Pada waktu saya belajar di Belanda, sekitar tahun 1937, saya belajar judo. Saya sempat memperoleh ban hitam, Iho." Dan ia bercerita sambil mengembuskan asap rokok. Perayaan HUT ini berlangsung sampai malam hari, mengambil tempat di sekitar Kampus Tenis itu juga. Itu sebabnya, sebagian hadirin berbaju batik, sebagian lagi masih dalam pakaian olah raga. Ketika giliran yang berulang tahun memberikan sambutan, ia menyinggung soal dunia moneter yang membuat banyak orang panik, apakah dolar akan naik atau turun. "Kalau masyarakat panik, mesti ada kelompok lain yang tenang," pesannya.