Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Acara yang diprakarsai politikus Partai Gerindra, Kamrussamad, itu menghadirkan calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno. “Aku profesional aja, nyanyi dan jadi pembicara,” kata penyanyi kelahiran Jakarta itu saat ditemui seusai acara.
Istri politikus Partai Amanat Nasional, Anang Hermansyah, ini mengatakan semua orang harus menghargai pilihan politik orang lain. Menurut dia, dua pasangan calon presiden dan wakil presiden memiliki visi dan misi yang bagus. Mereka sama-sama ingin memajukan Indonesia. “Jadi, walaupun saya pendukung salah satu calon, bukan berarti saya merasa calon yang lain buruk,” ujarnya.
Ashanty mengatakan keluarganya tak satu suara dalam pemilihan presiden 2019, tapi mereka tidak menjadikan perbedaan itu sebagai masalah. “Jadi kita tetap satu, eh, tetap sama maksudnya, ha-ha-ha...,” kata Ashanty keceplosan.
Hanung Bramantyo. TEMPO/M Taufan Rengganis
Mengintimidasi Teman
HANUNG Bramantyo, 43 tahun, blakblakan mendukung calon presiden Joko Widodo dalam pemilihan presiden 2019. Ia menunjukkan dukungannya lewat media sosial serta hadir dalam debat calon presiden. Sutradara film ini berpendapat semua pemimpin butuh waktu panjang untuk memperbaiki Indonesia. “Kalau 2014 yang menang Pak Prabowo, saya akan mendukung Pak Prabowo sekarang. Tapi kebetulan yang menang pilihan saya, Pak Jokowi,” katanya, Selasa, 9 April lalu.
Di keluarganya, cuma Hanung yang memilih pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Ibu dan empat saudaranya mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Rekan kerjanya pun banyak yang memilih Prabowo. “Staf saya yang perempuan, mereka berjilbab, semuanya memilih 02. Yang nonmuslim pasti 01,” ujar sutradara film Kartini itu.
Hanung tak mempermasalahkan perbedaan itu. Ia justru menjadikannya sebagai bahan candaan. Ia kerap mengirim meme Prabowo atau Sandiaga kepada teman yang mendukung mereka. Misalnya ketika Prabowo menggebrak meja atau meme Sandiaga menaruh petai di kepalanya. “Nih, pemimpinmu, ha-ha-ha....”
Entah lantaran segan entah tak punya bahan untuk membalas, teman-teman Hanung tak pernah menyahut kelakarnya dengan serangan serupa. “Jadi saya yang mengintimidasi,” katanya.
Hanung mengatakan perbedaan pilihan itu lumrah. Ia berharap, meski tak satu suara, perdamaian tetap terjaga. “Berbeda itu fitrah.”
Narji ‘Cagur’ hilmanfw
Masalah Logika
KOMEDIAN kelompok humor Cagur, Sunarji, punya cara sendiri dalam menyikapi perbedaan pandangan politik. Pria yang lebih dikenal dengan nama Narji ini kerap membahas masalah politik dengan para sepupunya yang berbeda pilihan pasangan calon presiden dan wakil presiden. “Tapi, dalam arisan keluarga, gue membahasnya sambil ketawa-tawa,” ujar Narji saat ditemui di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu, 10 April lalu.
Narji, 41 tahun, mengatakan pilihan politik adalah masalah logika. Dalam politik, seseorang tidak perlu memakai hati. Menurut dia, cara ini ampuh untuk menghindari perselisihan dengan orang yang berbeda pilihan politik dengannya. “Hidup gue happy, enggak ada kawan politik, enggak ada lawan politik, semuanya bercanda bareng,” katanya.
Alumnus jurusan ekonomi Universitas Negeri Jakarta ini merasa beruntung memiliki pandangan politik yang sama dengan istrinya, Widiyanti. Mereka berdua mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Tio Pakusadewo. TEMPO/Nurdiansah
Mana Teman Mana Sahabat
SEBAGAI pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Tio Pakusadewo merasa menjadi minoritas di kalangan bintang film. Aktor terbaik Festival Film Indonesia 1991 dan 2009 itu sampai harus meninggalkan satu grup percakapan WhatsApp aktor-aktris karena merasa tertekan oleh suara kebanyakan. “Bukan karena enggak tahan, tapi karena saya ingin menghargai yang mayoritas,” ujarnya kepada Tempo, Rabu, 10 April lalu.
Tio mendukung pasangan nomor urut 02 itu bukan karena Sandiaga adalah adik kelas dan teman mainnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 12, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, tapi lantaran merasa sejalan dengan program yang mereka tawarkan.
Tio, 55 tahun, merasa pemilihan presiden kali ini membawa ekses perkubuan yang paling ekstrem. Namun dia tidak ambil pusing. Ia menyebutkan justru musim politik lima tahunan ini bisa menjadi semacam penyaring antara teman dan sahabat. Tio mencontohkan, dia tetap bisa membahas pemilihan presiden sembari terbahak-bahak dengan aktor Donny Damara, teman akrabnya sejak sekolah menengah atas, yang mendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin. “Tak kenal maka tak sayang,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo