Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Malam Kelam di Mumbai

Hotel Mumbai mengisahkan serangan teroris di India pada 2008. Ketegangan terbangun intens hingga akhir film.

13 April 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Armie Hammer (tengah) dalam Hotel Mumbai. Arclight Films

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GUEST is God. Itu yang dicamkan kepala koki Hotel Taj, Hemant Oberoi (diperankan Anupam Kher), kepada para anak buahnya, termasuk Arjun (Dev Patel). “Indoktrinasi” itu terus terngiang di benak para pelayan. Pun saat Hotel Taj, yang ada di Mumbai, India, dikepung empat teroris. Situasi kian gawat karena pada 2008 India belum punya prosedur khusus melawan serangan terorisme. Polisi khusus mesti didatangkan dulu dari New Delhi, yang berjarak belasan jam perjalanan dari Mumbai.

Walhasil, selama empat hari, para tamu dan pelayan hotel bintang lima ini mesti bertahan antara hidup dan mati. Modalnya cuma nekat. Juga telepon seluler, yang menjadi senjata mereka untuk menghindari berondongan timah panas para teroris. Telepon itu menghubungkan Oberoi, yang bertahan di dapur bersama koki lain, dengan Arjun, yang bersembunyi dengan para tamu penting di restoran hotel. Telepon juga mempertautkan tamu hotel, Zahra Kahsani (Nazanin Boniadi) dan suaminya, David (Armie Hammer), dengan Sally, pengasuh bayi mereka. Sementara Zahra makan malam dengan David, sang bayi diasuh Sally di kamar.

Adegan dari berbagai sudut Hotel Taj inilah yang dijalin sutradara Hotel Mumbai, Anthony Maras, menjadi narasi padat ketegangan. Belum lagi kamera juga menyorot situasi di luar hotel yang tak kalah gentingnya. Sebelum menggasak Hotel Taj, sekawanan pria bersenjata itu menggempur kafe di Mumbai yang banyak didatangi turis serta stasiun kereta. Bahkan mobil polisi tak luput dari lumatan peluru mereka.

Di Hotel Mumbai, adegan itu berkelindan dengan potongan rekaman situasi asli saat kota terpadat di India ini diintimidasi para teroris dari Pakistan. Setidaknya ada 188 orang, 22 di antaranya warga negara asing, tewas dalam tragedi tersebut, sementara 370 lainnya cedera. Maras membawa atmos-fer kengerian peristiwa tersebut dengan meminta akses rekaman telepon antara Oberoi dan Arjun yang sungguh terjadi.

Dev Patel dalam Hotel Mumbai. Arclight Films

Itu salah satu yang membuat film adaptasi dari karya dokumenter berjudul Surviving Mumbai (disutradarai Victoria -Midwinter Pitt) ini bisa mendekap penonton dengan ketegangan yang intens dan mencekam. Tak lama setelah kamera menelanjangi kemolekan Hotel Taj yang pernah diinapi sejumlah selebritas dunia ini, kita bakal disuguhi ironi: Mumbai yang kumuh dan geng teroris muda yang menghabisi manusia semudah membunuh semut.

Hampir semua aktor bermain apik. Namun yang paling benderang adalah Dev Patel (Slumdog Millionaire, Lion). Patel tampil meyakinkan sebagai Arjun yang mengawal dan berusaha menyelamatkan para tamu penting ke area aman hotel, yang mesti menekan kecemasannya di tengah situasi kritis, juga yang tetap dingin bahkan saat berhadapan dengan tamu hotel rasis dalam keadaan segawat itu. Adapun Anupam Kher, dengan pengalamannya membintangi lebih dari 400 film, tak kesulitan menjadi Oberoi yang karismatik dan tegas.

Ketegangan yang terbangun di Hotel Taj disokong penggalan teror yang dialami- sejumlah tokoh. Maras sesekali mengajak kita melongok ke rumah Arjun yang kecil dan kumal. Di sana sang istri yang tengah hamil anak kedua hanya bisa berdoa karena tak mengetahui kabar suaminya. Adegan lain yang membuat terenyuh datang dari seorang backpacker asal Australia yang berhasil kabur dari Hotel Taj. Ia digambarkan sangat emosional mencari pacarnya yang cedera dan masih terjebak di dalam hotel.

Adapun teroris dalam film ini diberi ruang oleh Maras sehingga menjadi lebih manusiawi. Sebagian narasi tentang mereka dibuat pilu, seperti saat salah satu dari kelompok pria itu menelepon keluarganya. Selain itu, teroris diberi porsi mengisi humor yang lucu tapi getir. Misalnya ade-gan teroris yang gagap melihat kemewahan Hotel Taj, gentar membuka pakaian korban perempuan karena takut berdosa, juga saat salah satu dari mereka yang sempat-sempatnya makan pizza di tengah serangan diberi tahu bahwa makanan itu dibikin dari babi.

Namun kelucuan itu hanya sekejapan mata. Setelahnya, layar kembali dibombardir suara tembakan demi tembakan, jeritan korban, dan tangisan tanpa suara Sally,- yang mesti menahan rengekan bayi -Zahra agar tak terdengar oleh para teroris. Di Hotel- Mumbai, Maras tak membiarkan kita rileks barang sejenak.

ISMA SAVITRI

 


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arclight Films

 

Sutradara :  Anthony Maras

Pemeran :  Dev Patel, Anupam Kher,  Nazanin Boniadi, Armie Hammer, Jason Isaacs

Produksi :  Thunder Road Pictures

Tayang :  9 April 2019

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Isma Savitri

Isma Savitri

Setelah bergabung di Tempo pada 2010, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro ini meliput isu hukum selama empat tahun. Berikutnya, ia banyak menulis isu pemberdayaan sosial dan gender di majalah Tempo English, dan kini sebagai Redaktur Seni di majalah Tempo, yang banyak mengulas film dan kesenian. Pemenang Lomba Kritik Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 dan Lomba Penulisan BPJS Kesehatan 2013.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus