Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KETIKA terinfeksi Covid-19 pada pertengahan Juni lalu, sutradara Hanung Bramantyo, 45 tahun, sempat khawatir atas penyakit asmanya. Merasa ketakutan, ia mempersiapkan inhaler. Istrinya, Zaskia Adya Mecca, menyiagakan mobil jika sewaktu-waktu Hanung dirujuk ke rumah sakit. "Tapi ternyata tidak ada gejala sesak napas sama sekali," ucap Hanung saat dihubungi, Selasa, 6 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, kedua anak Hanung, Kana Sybilla dan Kala Madali, serta asisten rumah tangganya, Mbak Ina, dan putrinya, Syifa Aulia, juga terinfeksi virus corona. Seperti Hanung, mereka menderita demam, meriang, dan sakit kepala tanpa menunjukkan gejala berat. Setelah berkonsultasi dengan dokter keluarga, mereka menjalani isolasi mandiri di rumah di Yogyakarta. Sekitar sepuluh hari kemudian, Hanung dan anggota keluarganya dinyatakan negatif dari Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hanung meyakini ia tidak mengalami gejala berat, dengan asma yang tak sampai kambuh, antara lain karena pengaruh vaksin. Pada akhir Maret dan awal April lalu, ia menjalani vaksinasi bersama para pekerja film. Zaskia juga disuntik vaksin pada April lalu. "Saya secara psikis dan fisik merasakan manfaatnya karena punya asma. Saat positif Covid, gejala sesak napas tidak muncul," ujarnya.
Pengalaman selama isolasi mandiri dan selepas sembuh dari Covid-19 memunculkan tantangan psikologis yang berat. Ia merasa terhina dan terbuang karena tidak dapat berinteraksi dengan keluarga. Begitu pula anak-anaknya yang menjalani isolasi di kamar terpisah. "Perasaan itu, apalagi kalau Anda di tengah masyarakat yang judgemental, lalu menjauhi dan menstigma, terasa menyiksa," tutur sutradara film Bumi Manusia, Kartini, dan Get Married ini.
Tidak mudah bagi Hanung mengatasi keadaan itu. Ia tak jarang meluapkan amarah atau bahkan menangis untuk melampiaskan perasaan malu dan terasing. "Dampak psikologis membuat pasien pasca-Covid jadi minder. Itu membutuhkan pemulihan yang lebih sulit daripada obat," katanya. Beruntung ia mendapatkan dukungan dari istri, anak-anak, dan anggota keluarga lain.
Meski sudah kembali beraktivitas, ia masih merasakan efek jangka panjang akibat Covid-19, antara lain mudah lelah. Sebagai penderita alergi debu, ia sekarang mesti mengonsumsi obat untuk meredakan pilek karena debu. Padahal sebelumnya ia hanya perlu tidur. Ia menganggap vaksin telah membantunya menjadi penyintas Covid-19. "Buat saya saat ini vaksin itu penting. Karena vaksin maka imunitas saya menjadi bertambah sehingga gejala-gejala beratnya bisa tertanggulangi," tuturnya.
Terry Putri. instagram.com/terryputri
Presenter Terry Putri juga merasakan dampak positif vaksinasi. Awal Juni lalu, ia dan enam anggota keluarganya terinfeksi Covid-19. Bahkan ia harus kehilangan seorang kakaknya karena penyakit itu. Terry terjangkit Covid-19 setelah mengantarkan kakaknya ke rumah sakit untuk perawatan. "Saat itu aku memaksakan diri mendorong kursi roda kakakku masuk ke UGD (unit gawat darurat)," ujar Terry, 41 tahun, lewat pesan suara WhatsApp, Kamis, 8 Juli lalu. Dua hari kemudian ia menjalani tes usap dan hasilnya positif.
Selama 12 hari isolasi mandiri, Terry berfokus pada penyembuhan dari gejala anosmia, yaitu hilangnya kemampuan mencium bau dan mencecap rasa. Ia tidak menderita demam, batuk, atau sesak napas. "Salah satu sebabnya karena aku sudah divaksin dua kali. Penyembuhan sampai negatif juga terasa cepat," katanya. Tantangan terbesarnya justru menjaga kondisi psikologis semua anggota keluarganya, terlebih kakaknya saat itu dalam keadaan kritis.
Terry Putri mengatakan vaksinasi telah membantu menyelamatkan sebagian besar anggota keluarganya dari maut akibat Covid-19. Karena itu, ia mendorong masyarakat segera mendapatkan suntikan vaksin seraya terus disiplin menjalankan protokol kesehatan. Ia mencontohkan beberapa negara yang warganya sudah leluasa berkegiatan, bahkan ada yang sudah melepas masker dan menonton konser, karena tingkat vaksinasi yang tinggi. "Dengan vaksinasi, herd immunity bisa lebih cepat terbentuk sehingga kita bisa segera melewati pandemi ini," tuturnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo